Disclaimer : Garassu no
Kamen by Suzue Miuchi
FanFiction by Agnes
Kristi
Serial “Kau Milikku”
Setting : Lanjutan
"Bersatunya Dua Jiwa 3"
Summary
: Bidadari Merah. Karya drama agung yang menjadi legenda. Ambisi, cinta
dan benci bercampur menjadi satu. Akankah seorang Maya Kitajima mampu mengatasi
semua itu? Bukan hanya impiannya yang di pertaruhkan tapi juga kehidupan orang
terkasihnya, Masumi Hayami. Ulat menjadi kupu-kupu. Perjuangan Maya takkan
mudah tapi tidak ada kata menyerah. Karena cinta selalu punya cara untuk
menemukan jalannya.
*********************************************************************************
Masumi
sudah gelisah sepanjang hari. Malam ini Maya akan berangkat ke Amerika. Rei
sudah kembali ke Tokyo, meninggalkan Masumi dan Maya berdua di apartemen.
"Kau
sudah mengemasi semuanya?"
Masumi
berdiri diambang pintu kamar, melihat Maya menutup koper besarnya.
"Iya,
sudah." Maya tersenyum, tahu kalau kekasihnya gelisah.
"Laptopmu?"
"Sudah."
"Jangan
lupa handphone-mu."
"Iya,
sudah. Kau memberikanku banyak barang untuk di bawa Masumi. Apa kau akan
menyebutkannya satu-satu?" goda Maya.
Masumi
menghampiri kekasihnya dan memeluknya perlahan. Tahu kalau memar di tubuh Maya
belum sembuh benar. "Aku tidak mau kesulitan menghubungimu. Hanya dengan
itu kita bisa selalu berhubungan."
"Iya
sayang dan aku sangat berterima kasih untuk itu." Maya mencium dada
Masumi.
"Maya,
kau belum pergi tapi aku sudah begitu gila memikirkanmu jauh dariku."
Maya
mengeratkan pelukannya, tidak peduli kalau memarnya terasa nyeri. "Aku
akan baik-baik saja, percayalah,” katanya mencoba menenangkan.
Masumi
merenggangkan pelukannya dan membawa Maya duduk di tepi tempat tidur sementara
dia berjalan keluar. Tak lama kemudian, dia kembali dengan membawa sesuatu di
tangan. Maya tak tahu apa itu, sebuah amplop coklat. "Kau harus berjanji
untuk menerimanya dan tidak marah dengan apa yang akan kuberikan."
Kening
Maya berkerut, dia menebak itu pasti sesuatu yang berlebihan. "Masumi, kau
sudah memberikanku banyak sekali barang," kata Maya putus asa.
"Andai
aku bisa, aku akan memberikanmu seluruh isi dunia ini, Maya. Jadi sekarang
tolong, untuk membuatku tetap tenang. Terimalah. Kau bilang aku milikmu,
berarti apa yang aku miliki adalah milikmu juga," desak Masumi.
"Tapi-,"
"Kumohon
sayang, hanya ini yang bisa membuatku tenang."
Maya
mendesah, memandang iba pada kekasihnya. "Baiklah, aku akan menerimanya."
"Janji,
tidak akan marah dan mengembalikannya?" tanya Masumi memastikan.
"Baiklah,"
jawab Maya, menyerah untuk menolak.
Masumi
memberikan amplop coklat itu pada Maya dan mata gadis itu langsung membulat
tanpa berkedip ketika melihat isinya. Pria itu bergeming saat Maya menatapnya
tajam. "Kau sudah janji." Masumi menekankan ucapannya.
"Tapi
ini? Sebanyak ini-, kau gila Masumi," protes Maya kemudian.
"Aku
memang gila, gila karenamu," jawab Masumi yang sama sekali tidak
terpengaruh dengan emosi kekasihnya.
Sekali
lagi kekasih Masumi itu menatap tak percaya pada benda yang ada di pangkuannya.
Dua buah buku tabungan atas namanya. Keduanya bahkan sudah terisi dengan
nominal uang dalam kurs dolar dan yen yang jumlahnya tak pernah terbayangkan
oleh Maya. Lebih lagi kedua akun itu di lengkapi dengan ATM Platinum. Masumi
juga menambahkan sebuah kartu kredit premium atas nama Maya. Gadis itu
menggeleng tidak percaya. Bagaimana Masumi bisa melakukan semua itu?
"Kau
marah?" Masumi mengukur reaksi Maya yang hanya diam dengan pandangan
cemas.
Maya
tahu kalau dia menolak pasti akan sangat menyakiti hati Masumi. Dia pun
menghela napas panjang lalu tersenyum untuk menenangkan kekasihnya. Bukankah aku tidak harus menggunakannya, katanya
dalam hati.
"Maya?"
Maya
melebarkan senyumnya. "Kau tidak takut aku berfoya-foya di Amerika dengan
semua uang ini," goda Maya.
"Aku
akan sangat senang jika kau mau melakukan itu. Memikirkanmu hidup layak dan
bahagia membuatku tenang." Masumi mengecup kening Maya, tahu kalau sang
kekasih menerima pemberiannya.
"Terima
kasih."
"Jangan
berterima kasih untuk sesuatu yang memang milikmu, sayang."
"Aku
belum menjadi istrimu," kilah Maya.
"Tapi
kau milikku," sanggah Masumi.
Maya
kembali tersenyum. "Ya, kau milikku."
Masumi
menatap wajah Maya dan hasratnya berteriak. Dia ingin mencium bibir mungil itu.
Sayangnya Masumi masih waras untuk tidak menyakiti kekasihnya. Sejak kemarin
dia sudah sangat menahan diri untuk tidak terlalu banyak menyentuh Maya.
"Aku
tahu apa yang kau inginkan," celetuk Maya saat melihat Masumi terpaku
menatapnya. Sejak dari Izu, Maya sudah lebih paham tentang ketertarikan fisik
di antara mereka.
"Aku
tidak mau menyakitimu." Masumi menggeleng.
Maya
terkekeh senang. "Kalau begitu lakukan dengan lembut.”
Dan
suara kekehan riang itu semakin menggoda Masumi. Sebuah ciuman hangat dan
lembut mendarat di bibir mungil yang sejak tadi menggodanya. Dalam dan semakin
dalam Masumi terhanyut. Perlahan dia merebahkan Maya di tempat tidur tanpa
melepaskan ciumannya. Maya sendiri tak sanggup menolak dan hanya mengikuti apa
yang di lakukan Masumi. Keduanya melepaskan beban emosi yang membelit sejak
kemarin, membiarkannya menguap bebas.
Masumi
memeluk tubuh mungil sang kekasih dan membuat ciuman mereka terus berlanjut.
Maya telah sukses membuat sang direktur lupa akan dunia. Masumi akhirnya
melepaskan bibir Maya namun tanpa sadar pelukannya justru semakin erat.
"Ahh!!"
Maya mengerang lirih.
Terkejut,
Masumi dengan cepat melepas lilitan lengannya dan menatap Maya khawatir.
Hasratnya menguap. "Maaf." Hingga sebuah kecupan singkat mengakhiri
semuanya.
***
Bandara
Narita, tanggal dua puluh lima, pukul sembilan malam.
Semua
teman Maya dari teater Tsukikage dan teater Ikkakuju melepas kepergiannya. Tak
ketinggalan Koji juga Kuronuma. Satu persatu mereka mengucapkan salam
perpisahan. Tanpa sepengetahuan mereka, Masumi dan Hijiri mengamati dari jauh.
"Mainkan
peranmu, Hijiri."
"Baik,
Tuan." Meninggalkan Masumi sendiri, Hijiri berjalan mendekati Maya sebagai
seorang kurir toko bunga. Dalam hatinya tertawa geli, sandiwara ini entah kapan
akan berakhir. Masumi menyuruhnya menjadi perantara Mawar ungu sedangkan
sebenarnya Maya sudah tahu identitas asli mawar ungu. Justru Masumi sekarang
yang tidak tahu tentang kebenarannya. Kesepakatan antara dirinya, Maya dan
Mizuki.
"Anda
Nona Maya Kitajima? Ada kiriman bunga untuk Anda." Hijiri memberikan buket
bunga dan sebuah kartu ucapan. Maya tahu
Masumi pasti ada di suatu tempat di bandara. Kekasihnya itu pasti tidak akan
puas dengan perpisahan di apartemen tadi.
"Wah,
benar-benar pendukung setia, bahkan dia tahu Maya akan pergi. Tapi bagaimana
dia bisa tahu ya? Bukankah semua ini dirahasiakan," komentar Mina dan
teman Maya yang lain.
Maya
tersenyum. "Aku yang memberitahunya."
"Oh,
begitu ya." Sayaka mengangguk-angguk.
Setelah
Maya mengucapkan terima kasih, Hijiri pergi meninggalkannya. Tangan kanan
Masumi itu bersiap untuk perannya yang lain.
Maya
baru saja akan melangkahkan kaki saat tiba-tiba Masumi datang dengan dua orang
anak buahnya. Oh? Drama yang lain
lagi. Hidupku benar-benar panggung sandiwara. Baiklah, mainkan sayang, katanya
dalam hati.
Semua
orang terkejut melihat kedatangan Masumi. "Gawat!" pekik Hotta.
"Sepertinya
aku melewatkan sesuatu." Masumi memulai aktingnya, dengan gaya elegan,
mengenakan stelan abu-abu dan membawa mantel di lengan kirinya, dia terlihat
seperti baru bepergian.
"Tidak
menyangka bisa bertemu dengan Anda ditempat ini, Tuan Masumi." Maya
mengangguk hormat.
"Ya,
aku baru saja kembali dari perjalanan bisnis di Hokkaido. Mengejutkan juga
bertemu denganmu di sini mungil? Apa Bidadari Merah berencana untuk bepergian
atau berlibur?" tanya Masumi. Belum sempat Maya menjawab, Sayaka dan yang
lainnya berkomentar.
"Itu
kan bukan urusan Daito, terserah Maya mau pergi kemana."
"Dan
anda ada di sini malam-malam begini. Apa anda mengikuti Maya, Tuan Masumi."
"Bidadari
Merah sudah menjadi milik Maya, jadi anda tidak boleh menghinanya lagi."
Masumi
langsung tertawa memdengar teman-teman Maya mengoceh. "Sepertinya
teman-temanmu menganggapku begitu mengganggu, apa aku begitu mungil?"
"Anda
kan memang selalu mengganggu saya," Maya tersenyum datar.
"O,
jadi begitu ya."
Rei,
Koji dan Kuronuma harus mengakui bahwa Masumi adalah aktor yang hebat. Hanya
mereka bertiga yang tahu maksud kedatangan Masumi yang sebenarnya. Dan sama
seperti Maya, Kuronuma juga tertarik dengan bakat akting Masumi.
"Maya,
sudah waktunya kau berangkat," Koji mengingatkan.
"Ah,
iya."
"Hati-hati."
Tiba-tiba Koji memeluk Maya erat. Gadis itu tak berkutik, membuat Masumi
mematung. Rei dan Kuronuma terkejut tapi yang lain justru bersiul-siul
menggoda. Sepertinya Koji memanfaatkan kesempatan yang ada untuk membalas sakit
hatinya pada Masumi. Maya buru-buru melepaskan pelukan sahabatnya. Tidak mau
membuat Masumi sedih karenanya.
"Ng,
terima kasih, Koji." Maya melirik Masumi. "Baiklah, aku harus pergi
sekarang."
Masumi
segera mengendalikan emosinya, dia cemburu, benar-benar cemburu. "Oh,
kalau boleh tahu kemana tujuanmu mungil?"
Maya
hanya tersenyum. "Saya rasa saya tidak perlu menjawabnya."
"Baiklah,
kemanapun kau pergi, hati-hatilah. Kau aktris besar sekarang dan Daito masih
memerlukan Bidadari merahmu," kata Masumi yang membuat teman-teman Maya
berbisik kesal mendengarnya. Direktur muda itu menyeringai saat Maya mengangguk
hormat padanya lalu berbalik pergi.
"Ayo
kita pergi." Masumi meninggalkan mereka bersama dua anak buahnya dengan
sebelumnya mengangguk hormat pada Kuronuma.
"Akting
yang bagus," bisik Kuronuma saat Masumi melintasinya.
Pria
itu tersenyum kecut. Masumi merasa hatinya sakit melihat Maya pergi seperti
itu. Bahkan dia tidak bisa memeluk kekasihnya. Jelas Koji memberikan efek yang
sangat buruk pada suasanya hatinya. Proyek balas dendam Koji sukses besar.
Masumi
berhenti melangkah saat merasa jaraknya cukup jauh untuk mengamati pintu
keberangkatan. Beberapa saat dia menunggu hingga teman-teman Maya akhirnya
pergi. "Kalian tunggu aku di mobil. Ada yang harus aku lakukan," katanya
pada kedua anak buahnya. Dia pun segera berbalik dan berjalan kembali ke arah
pintu di mana kekasihnya baru saja masuk.
***
Maya
sudah duduk tenang di pesawat saat seorang pramugari menghampirinya dan meminta
Maya mengikutinya. Dia terkejut saat pramugari mengantarnya keluar pesawat, di dekat
tangga naik Masumi sudah menunggunya.
"You've got five minute, Mr.
Hayami." Pramugari itu memperingatkan sebelum kembali naik ke pesawat.
Maya
menggeleng tak percaya. "Aku lupa kau bisa melakukan segalanya." Masumi
langsung memeluk Maya tanpa mengomentari ucapannya. "Masumi-." Dia
tahu ini pasti karena Koji. "Maaf sudah membuatmu sedih," gumamnya
kemudian.
Masumi
menggeleng tanpa melepaskan pelukannya. "Aku yang seharusnya minta maaf
karena tidak bisa melindungimu, sampai kau harus pergi seperti ini."
"Hei,
jangan bicarakan itu lagi. Kita sudah sepakat bukan? Semuanya akan baik-baik
saja. Hanya masalah waktu," kata Maya menenangkan seraya menarik tubuhnya.
Sepertinya Masumi lupa kalo seluruh tubuh Maya masih sakit. Beruntung salep
yang di berikan dokter bekerja dengan baik, hingga warna kebiruan di tubuh dan
wajahnya mulai memudar. Wajah Maya sendiri tertutup sempurna dengan foundation.
"Percayalah padaku, ini hanya sementara," katanya lagi.
Masumi
menangkupkan kedua tangan di wajah Maya, mendaratkan ciuman hangat di bibir
mungil yang masih sedikit pucat itu. "Kau juga percayalah padaku. Aku akan
berusaha memperbaiki semuanya. Saat kau kembali, aku orang pertama yang akan
menyambutmu. Kita akan bersama."
Maya
tersenyum. "Aku pegang janjimu."
"Hm."
Masumi mengangguk tanpa ragu.
"Kau
harus menjaga kesehatanmu, jangan bekerja terlalu keras," pesan Maya.
Masumi
tersenyum tipis. Hatinya sungguh sakit untuk melepas gadis muda itu seorang
diri. "Kau juga berjanjilah padaku," pintanya kemudian.
"Hm?"
"Kembalilah
padaku ... dengan utuh."
Maya
tersenyum dan memberikan ciuman perpisahan pada kekasihnya. "Kau adalah
belahan jiwaku dan aku adalah belahan jiwamu. Tak ada artinya sebuah nama dan
masa lalu, kita bertemu dan kini ada di sini, berdua. Bukankah hanya itu yang
terpenting sekarang? Tunggulah aku, tak ada artinya sebuah nama dan masa lalu,
jadilah kau hanya milik Akoya. Setelah kita di pertemukan seperti ini, kenapa
harus terpisah lagi?"
Masumi
tersentak dengan dialog yang tiba-tiba di ucapkan kekasihnya. Maya berjalan
mundur, membuat jarak di antara mereka semakin lebar. Menaiki tangga dengan air
mata mengalir dan meninggalkan Masumi yang mematung menatapnya. Menatapnya dengan
kesedihan yang mendalam. Dan kedunya benar-benar berpisah saat pintu pesawat
tertutup.
Segenap
hati Masumi melangkahkan kaki menjauhi pesawat yang sebentar lagi akan lepas
landas. Merapatkan mantelnya, Masumi tak berniat menoleh ke belakang. Malam
itu, bintang di langit malam menjadi saksi perpisahan dua hati yang saling
mencintai.
Tunggulah aku ….
Cepatlah kembali Bidadariku ….
***
>>Bersambung<<
Follow me on
Facebook Agnes FFTK
Wattpad @agneskristina
3 Comments
Baguuuus sekali,,suka sama ide penulisannya....thaks y mba...
ReplyDeleteMakasih ya Ledy
Deleteaku terharu baca komenmu lo...
Ga nyangka ada yang suka ama ceritaku
Padahal ga pernah PD aku untuk publishnya
Ledy kaya mawar unguku ya...pengagum pertamaku
hahahahaha
thank u da mau baca ya... :)
akhirnya dapet juga kelanjutan dari bidadari merah. terima kasih untuk kelanjutan nya ( walaupun imajinasi pribadi ).
ReplyDelete