Disclaimer : Garasu no Kamen by Suzue Miuchi
FanFiction by Agnes Kristi
Summary : Maya Ozaki, aktris terkenal berusia dua puluh tujuh tahun, tidak pernah menyangka akan dipaksa menikah oleh ibunya. Dia dijodohkan dengan pewaris tunggal DAITO Grup, Masumi Hayami. Semua orang menyebutnya beruntung karena bisa menjadi istri Masumi. Sayangnya, Maya tidak melihat pernikahannya sebagai keberuntungan. Bagaimana bisa disebut beruntung jika menikah dengan playboy tampan yang bahkan diincar oleh sebagian besar wanita Jepang. Sstt, diam-diam Maya menaruh hati pada pemuja rahasia yang sudah mendukungnya sejak pertama kali naik panggung, Mawar Ungu. Ah, sepertinya ini akan jadi kisah cinta yang panjang.
=========================================================================
Wajah
cantik Maya menunjukkan ekspresi masam saat Masumi dengan penuh percaya diri
menyeret wanita muda itu ke arah taman belakang kediaman Ozaki. Tentu saja Maya
tidak berani menolak ketika sang ibu sudah bertitah.
“Tuan
Muda Hayami, tolong lepaskan tangan saya.”
Masumi
menoleh hanya untuk tersenyum dan tetap berjalan dengan santai.
“Tuan
Muda Ha-,”
“Masumi,
panggil aku Masumi dan aku akan melepaskan tanganmu.” Pria itu kembali menoleh
dan kali ini mengerlingkan mata pada Maya. Dia menahan diri untuk tidak tertawa
saat mendengar decakan kesal calon istrinya. Ya, suka tidak suka Masumi sudah
menetapkan Maya sebagai calon istrinya.
“Masumi
lepaskan tanganku.” Maya menurut pada permainan putra tunggal Hayami itu. Alih-alih
melepaskan, Masumi justru mengeratkan genggaman tangannya. “Masumi!” ketusnya
kemudian.
“Ah,
apa aku belum mengatakan kalau aku akan melepaskannya setelah kita sampai?”
Pria itu terkekeh dengan suara renyah.
Maya
ingin menjerit tapi kemudian sadar kalau itu tidak berguna. Akhirnya mereka
sampai di taman belakang, Masumi menariknya untuk duduk berdampingan di bangku
panjang, di depan taman bunga kesayangan Mayuko.
“Ternyata
memang lebih menyenangkan di luar, bukan begitu ... Maya?” Masumi memiringkan
wajah sembari mengulas senyum.
Menghela
napas panjang untuk meredakan emosi, Maya hanya melirik pria yang masih
menatapnya.
“Kau
marah, hm?”
“Masih
perlu bertanya?” Wanita itu menyilangkan tangan di depan dada, menegaskan
kekesalannya.
Melihat
calon istrinya merajuk justru membuat Masumi tertawa. “Kau lucu saat marah.”
Tentu
saja Maya semakin kesal mendengarnya. “Aku tidak akan menjadi korban rayuanmu.”
Kening
Masumi berkerut mendengarnya. “Rayuan? Ah, aku mengerti.” Pria itu kemudian
mengangguk. Dia yakin kalau calon istrinya percaya dengan rumor playboy yang
tersebar di luar sana. Sayangnya Masumi tidak merasa demikian. Dia hanya pemuja
wanita bukan mempermainkan mereka. Media memang selalu membesar-besarkan segala
sesuatunya.
“Tolong
batalkan rencana perjodohan ini.” Maya memohon meski masih dengan wajah masam.
“Kenapa?”
tanya Masumi santai seraya menyandarkan punggung ke bangku, tangannya juga
bersilang di depan dada.
“Kenapa?
Apa kau mau menikah dengan wanita yang tidak kau cintai?”
“Aku
tidak masalah.”
“Tidak
masalah?” Maya benar-benar terkejut mendengarnya.
Masumi
kembali mengangguk saat menatap calon istrinya. “Kau cantik, aktris terkenal,
kedua orang tuaku menyukaimu, orang tuamu menyukaiku, lalu apa yang harus aku
permasalahkan?”
Mulut
Maya terbuka tapi tidak ada sanggahan yang dapat dikatakannya. Dia pun menghela
napas dengan wajah semakin masam.
“Kau
... tidak mau menikah denganku?” Masumi bertanya dengan hati-hati. Bagaimana
pun dia tidak ingin perjodohan ini gagal. “Hei, aku tidak seburuk itu sampai
kau harus menolak menikah denganku,” lanjutnya saat Maya tak menjawab
pertanyaannya.
“Kau
percaya diri sekali?” Maya menimpali dengan mata memincing tajam.
“Tentu
saja, aku adalah Masumi Hayami, pewaris tunggal Daito Grup. Aku tampan, pintar,
mapan dan sukses di usia muda. Alasan apa yang membuatku harus rendah diri,
hm?”
Lagi-lagi
Maya dibuat bungkam. Apa yang dikatakan Masumi memang benar. Ratusan wanita di
luar sana bahkan rela melakukan apa saja demi menjadi istri Masumi.
“Katakan
Maya, selain karena rumor aku seorang playboy, apa yang membuatmu tidak mau
menikah denganku?” Masumi memutar tubuhnya menghadap Maya. Dia menarik tangan wanita
yang masih terlipat di dada lalu menggenggamnya.
Untuk
sesaat Maya terpaku. Dia menatap kedua tangannya yang berada dalam genggaman
Masumi.
“Katakan,”
ucap Masumi dengan nada yang lebih lembut.
Tiba-tiba
Maya merasa sedang syuting adegan romansa dimana dia tengah merajuk lalu dibujuk
oleh sang kekasih. Semahir inikah akting Masumi Hayami dalam menaklukkan hati
para wanita?
“Kenapa
diam?” Jemari panjang Masumi kini meraih dagu mungil calon istrinya. Memaksa
wanita muda itu untuk menatapnya. “Katakan apa yang membuatmu keberatan, hm?”
Tak
bisa menjawab, Maya hanya berkedip pada sosok pria yang kini menatapnya dengan
pandangan teduh.
Seulas
senyum tipis terulas di bibir Masumi. “Aku mungkin bukan sosok sempurna di
matamu, tapi aku bisa berjanji untuk menjadi suami yang baik.”
“Bagaimana
mungkin?” cicit wanita itu pada akhirnya.
Senyum
Masumi melebar. “Kita bisa mulai dengan saling mengenal. Menurutku dua bulan
adalah waktu yang cukup panjang.”
“Kau
bisa mencintaiku hanya dalam waktu dua bulan?” Kening Maya berkerut.
Masumi
tertawa mendengar pertanyaan Maya. Pria itu pun menggeleng. “Cinta?” gumamnya
seraya tersenyum. “Aku bilang kita bisa mulai untuk saling mengenal Maya, bukan
jatuh cinta.”
“Lalu
kita akan menikah tanpa perasaan cinta?” tanya Maya kemudian.
“Aku
tidak tahu kau begitu idealis dengan prinsip menikah berdasarkan cinta?”
Melihat ekspresi calon istrinya yang kembali masam membuat Masumi segera
meralat ucapannya. “Jangan marah dulu, tidak ada yang salah dengan itu.”
Jemarinya kini menyematkan rambut panjang Maya ke belakang telinga. “Kita punya
waktu seumur hidup untuk belajar mencintai satu sama lain, bagaimana?”
Maya
kembali dibuat bungkam oleh penawaran manis calon suaminya. Tapi apakah semua
bisa semudah itu?
***
“Cut!!”
seruan sang sutradara menghentikan proses syuting iklan sore itu. Wajah semua
kru tampak berbinar senang karena pengambilan gambar selesai lebih cepat.
Berterima kasihlah pada Maya yang menyelesaikan semua scene hanya dengan sekali
pengambilan gambar. Benar-benar aktris berbakat.
“Ah,
aku lelah Rei.” Maya duduk sembari menyeka keringat dengan handuk kecil yang
diberikan oleh manajernya, Rei Aoki. Sementara sang asisten, Taiko Kasuga,
tengah membantunya melepas satu set perhiasan yang adalah produk sponsor yang
sedang diiklankan lalu mengembalikannya pada kru produksi.
“Kau
terlalu bersemangat hari ini, tidak heran kau lelah.” Rei ikut duduk di sebelah
Maya lalu mengulurkan sebotol air hangat yang sudah dicampur dengan madu juga
lemon.
Maya
pun hanya melirik sang manajer sebelum meneguk minumannya.
“Oh
ya, kau mendapat pesan dari Tuan Muda Hayami.”
Aktris
cantik itu langsung tersedak. “Apa kau sudah siap menjadi pengangguran Rei?”
Maya menyeka mulutnya dengan tissue
yang diulurkan oleh sang manajer yang kini tengah tertawa.
“Ayolah
Nona Ozaki, jangan terlalu kejam. Tabunganku belum cukup untuk membeli mercy impianku. Bekerja pada aktris lain
tidak akan lebih menyenangkan daripada bekerja denganmu.” Kelakar Rei saat Maya
menatapnya kesal.
“Apa
yang dia katakan?” tanya Maya kemudian seraya memalingkan wajah.
“Siapa?”
tanya Rei yang kembali mengerjai aktris yang sudah seperti sahabat baginya.
Maya
kembali menoleh, melempar botol minumnya pada sang manajer.
“Oke,
oke, jangan marah,” jawab Rei dengan senyum lebarnya. “Tuan Hayami berpesan
kalau dia akan menjemputmu sore ini lalu mengajakmu makan malam.”
“Hah?!
Dia mau menjemputku dimana? Lalu kau jawab apa?” tanya Maya lagi. Membayangkan Masumi
menjemputnya di lokasi syuting sudah membuat bulu kuduknya berdiri. Fotonya pasti
akan langsung menjadi headline berita
besok pagi.
“Tentu
saja menjemputmu di sini. Dan aku menjawab tidak masalah.” Rei mengendikkan
bahu saat Maya justru membulatkan matanya.
“Bagaimana
bisa kau menjawab tidak apa-apa? Seharusnya kau melarangnya! Aku tidak mau
menjadi bahan berita gosip!”
“Memang
apa masalahnya? Dua bulan lagi kalian menikah. Dan apa kau pikir aku berani
melarang seorang Masumi Hayami? Dia bahkan sudah tahu jadwal syutingmu selama
seminggu kedepan.”
“Kau
... kau memberikan jadwal kerjaku?” Maya memandang sang manajer tak percaya.
Menggaruk
kepalanya yang tidak gatal, Rei menatap wanita cantik itu penuh simpati. “Bukan
begitu,” jawabnya sembari menghela napas panjang. “Kemarin Nyonya meminta
jadwal kerjamu dan kau jelas tahu aku tidak mungkin menolaknya. Ayolah Maya,
apa yang kau harapkan dari manajer ini? Nyonya Besar Ozaki dan Tuan Muda Hayami
bukan lawan sepadan untukku.”
Mendengar
rintihan Rei membuat Maya hanya bisa memijat pelipisnya yang mulai berdenyut. “Bantu
Taiko membereskan barang-barangku. Kita segera pulang sebelum dia datang.”
“Ng,
sepertinya terlambat,” jawab Rei lirih.
Maya
menatap manajernya lalu menoleh ke arah wanita itu memandang. Benar saja,
Masumi tengah berjalan memasuki studio dengan langkah elegan. Mengenakan jas berwarna
navi tanpa dasi, pria itu tampak begitu panas dengan kancing kemeja atasnya
yang terbuka. Rei bahkan menahan diri untuk tidak memuji. Meski sehari-hari
tampil dengan gaya tomboy, rambut pendek juga setelan celana panjang, Rei
tetaplah seorang wanita yang bisa luluh oleh pesona pria tampan.
Segera
kasak-kusuk terdengar di segala penjuru studio. Tentu saja mereka heran melihat
Vice President Daito Grup yang tiba-tiba
datang. Oh, jangan lupa kalau saat ini Masumi juga membawa buket dengan coklat premium
berwarna emas berkilauan. Semua mata tak berkedip dengan mulut menganga begitu
melihat sang pewaris tunggal Daito menghampiri kursi Maya. Tentu saja semua kamera
langsung membidik keduanya.
“Selamat
sore, Maya.” Masumi dengan senyum tipisnya menyapa sang calon istri yang
bergeming di kursinya.
Rei
dengan sadar berdiri lalu memberi salam dan dengan langkah perlahan bergeser untuk
memberi ruang pada calon suami istri itu.
“Masumi,
untuk apa kau menjemputku disini?” Maya kembali memijat pelipis sembari
menunduk untuk menghindar dari bidikan kamera.
Tapi
lain halnya dengan Masumi yang kini justru duduk dengan santai di sebelahnya,
tempat dimana Rei duduk tadi. Dia meletakkan buket bunga di atas pangkuan Maya,
masih dengan senyumnya, seolah tatapan mata semua orang adalah ilusi. Padahal Maya
sekarang ingin mengubur dirinya hidup-hidup.
“Apa
salahnya menjemput calon istriku?” jawab Masumi tenang.
“Kau
akan membuat heboh media,” cicit Maya yang kini tampak mengamati buket coklat
di atas pangkuannya. Dia tahu aku suka
coklat? Batin Maya bertanya-tanya.
Masumi
sedikit mencondongkan tubuhnya untuk berbisik pada Maya. “Cepat atau lambat
mereka akan tahu, jadi untuk apa menutupinya. Justru aku senang kalau semua
orang tahu kau adalah calon istriku.”
Spontan
Maya mengangkat wajahnya hingga membuat hidung mereka nyaris bersentuhan. Blitz kamera langsung menyala dari
segala penjuru. Wartawan yang datang untuk meliput syuting iklan Maya serasa
mendapat kado Natal lebih awal. Mereka tentunya tidak akan membuang kesempatan
emas ini.
Seringai
di wajah Masumi membuat kening Maya semakin berkerut. Dalam hati wanita itu
memaki nama Masumi tiga kali karena sengaja menggodanya di depan umum. Maya tahu
kalau Masumi playboy tapi dia baru
tahu kalau pria itu juga gila. Dia mendengkus lirih sebelum akhirnya berdiri
sembari memeluk buket coklatnya.
“Ayo
kita pulang,” desis Maya dengan nada kesal meski berusaha mengatur ekspresi
wajahnya setenang mungkin.
“Ah,
sayang kau terburu-buru pulang. Padahal aku masih ingin berbaik hati memberikan
pertunjukan bagus untuk mereka.” Selaras dengan perkataannya, Masumi melepas
jasnya untuk menutupi bahu Maya. Dia tahu calon istrinya belum berganti pakaian
sejak syuting tadi dan gaun yang dikenakan Maya saat ini cukup terbuka di
bagian belakang.
Wanita
itu tidak bisa menolak dan menurut saja demi menjaga image-nya di depan umum. Tak jauh darinya terlihat Rei yang tengah
menatapnya dan Maya yakin manajernya itu menahan diri untuk tidak tertawa.
“Nona
Aoki, kau tidak keberatan kalau aku menculik aktrismu?” Masumi menoleh pada Rei
yang tampak canggung menatapnya.
“Tentu
tidak Tuan Muda Hayami. Syuting sudah selesai dan Nona Ozaki tidak memiliki
jadwal malam ini.”
“Baiklah,
kami pergi. Terima kasih untuk hari ini, Nona Aoki, Nona Kasuga,” kata Masumi
kemudian seraya melambaikan tangan yang ditanggapi dengan anggukan hormat Rei
juga Taiko.
Maya
hanya tersenyum pada manajer dan asistennya lalu berjalan bersama Masumi yang
kini bahkan sudah merengkuh bahunya. Kali ini dia hanya bisa pasrah menjadi
boneka Masumi.
Beberapa
wartawan mencoba mendekat ketika Masumi dan Maya berniat meninggalkan ruang
studio. “Tuan Muda Hayami, Nona Ozaki, bolehkah berbagi informasi dengan kami?
Apa Anda berdua sedang menjalin hubungan?”
Maya
berdeham pelan dibalik telapak tangannya dan Masumi menangkap kode itu. Maya
melarang Masumi bicara. Sayangnya putra tunggal Hayami itu justru berpikir
sebaliknya.
“Apa
terlihat seperti itu?” jawab Masumi santai sembari terus melangkah keluar. Jangan
lupa senyum seribu giga watt yang ditujukan pada kameramen yang tengah membidik
wajahnya.
“Kalian
terlihat seperti sepasang kekasih, apa itu benar? Tolong konfirmasinya,”
seorang wartawan lain bertanya dengan pen
recorder teracung ke depan.
“Kami-,”
ucapan Maya terpotong saat Masumi kemudian menyela sembari meremas lembut
bahunya.
“Kalian
tunggu saja konferensi pers-nya. Sekarang, tolong ijinkan kami pergi, permisi.”
“Tunggu,
Tuan Muda Hayami-,”
“Tuan
Muda, apa maksud Anda dengan konferensi pers?”
“Nona
Ozaki, tolong konfirmasinya-“
Masumi
dan Maya mempercepat langkah mereka dan mengabaikan pertanyaan para wartawan. Maya
merasa lega saat melihat mobil Masumi sudah terparkir di depan studio. Keduanya
bergegas masuk dengan Masumi membukakan pintu untuk calon istrinya dan melindungi
kepala wanita itu saat memasuki mobil. Tentu saja semua moment indah itu terekam kamera dan pasti akan menjadi headline berita yang menggemparkan.
“Kembali
ke apartemen,” perintah Masumi pada
sopirnya dan mobil langsung melaju meninggalkan pelataran studio.
***
Maya
melempar jas ke arah Masumi lalu menggeser duduknya ke dekat pintu mobil. Wanita
itu mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
“Jangan
marah, Maya,” bujuk Masumi yang justru mendapat pelototan mata calon istrinya.
“Aku
bukan boneka yang bisa kau mainkan sesuka hati,” sungut Maya.
“Aku
tidak sedang mempermainkanmu,” Masumi berusaha menjelaskan. “Malam nanti aku
mendapat undangan pesta ulang tahun Takatsu Grup, maka dari itu aku menghubungi
Nona Aoki agar bisa menjemputmu.”
“Kau
ingin mengajakku ke pesta tanpa memberitahuku lebih dulu?” Maya semakin geram.
“Kau
memblokir nomor teleponku.”
Maya
terpaku dengan mulut terbuka. Dia baru saja akan melemparkan kalimat baru
sebelum Masumi menjawab.
“Bagaimana
aku bisa menghubungimu, hm?” tanya Masumi lagi setelah Maya hanya diam
menatapnya. “Dan kenapa kau memblokir nomorku, Maya?”
Wanita
itu mendengkus tapi pipinya memerah karena malu. Dia kembali memalingkan wajah
dari Masumi. “Aku tidak mau kau menggangguku,” lirihnya kemudian.
Masumi
menggeleng sembari menghela napas panjang. Meski begitu wajahnya menyunggingkan
senyum. Dia sudah tahu tabiat calon istrinya yang antik ini. Tentu saja karena
sang ibu mertua dengan sukarela menceritakan beberapa hal tentang putrinya.
“Maya,
hubungan kita tidak akan berhasil jika kau keras kepala. Bukankah kita sudah
sepakat untuk belajar mengenal satu sama lain? Lalu bagaimana aku bisa mengenal
dan belajar mencintaimu jika kau melarangku untuk menghubungimu, menolak untuk
bertemu dan sama sekali tidak bicara denganku?”
Wanita
itu bergeming dengan ekspresi sendu. Hatinya masih sulit menerima hubungan ini
dan Masumi terlalu agresif mendekatinya. Pria itu tidak memberinya ruang dan
membuatnya merasa sesak. Seharusnya Masumi perlahan-lahan mendekatinya, bukan
memaksanya. Dia benar bukan? Batin Maya bergelut dengan perasaannya sendiri.
“Maya?”
panggil Masumi dengan suara lembut.
“Sekarang
kau mau membawaku ke mana?” tanya Maya kemudian tanpa menatap pria di sebelahnya.
Masumi
mengalah, dia tahu Maya belum bisa menjawab pertanyaannya. Pria itu kemudian
bersandar dengan lebih santai ke kursi mobil. “Kita akan ke apartemenku. Aku sudah
meminta ijin pada Paman juga Bibi untuk mengajakmu ke pesta dan mungkin pulang
larut malam. Kau keberatan?”
“Kalau
aku keberatan apa kau akan mengantarku pulang?” Akhirnya Maya menoleh dan
menatap Masumi dengan emosi yang lebih tenang.
Pria
itu kemudian tertawa. “Sepertinya kau lebih mengenalku Maya.”
“Berita
tentangmu selalu diulas panjang lebar. Bagaimana mungkin aku tidak tahu sifatmu
yang tidak pernah mau kalah itu?”
“Oh,
apa itu artinya kau selalu membaca ulasan tentangku?”
Melihat
eskpresi Masumi yang tengah menggodanya membuat Maya kembali mendengkus. “Jangan
besar kepala Tuan Muda Hayami.”
Dan
Masumi akhirnya tertawa melihat wajah calon istrinya yang kembali memerah.
***
>> Bersambung <<
>> Omiai - Chapter 1 <<
A/N : Yuhuuu, ada yang kangen sama pasangan PHP seribu purnama ini? wkwkwkw
Ternyata susah ya buat update seminggu sekali, hay, hay. Tapi kuusahakan nggak lama-lama deh.
Oh ya, makasih banget buat yang udah traktir aku es teh, aku happy n terhura, *big smile*
Jangan lupa komennya di blog juga biar rame, biar author ini makin bahagia, hehehee.
Happy reading, kiss muah muah
20 Comments
Terbayang bayang senyum seribu giga watt masumi
ReplyDeleteBikin aq Deg Deg an
Ah klo saja masumi bisa setegas ini
Pastinya sdh tamat Dr dulu topeng kacanya😔😔😔
Yang nulis juga kebayang2 ini 🤣
DeleteTernyata pada suka sama Masumi yang tegas ya. Aku juga udah lelah dengan kelemotannya 🤣🤣
Btw thanks traktirannya. God bless u 😘😘
Masumi pemuja wanita ???
ReplyDeleteMasumi jalan, kancing kemeja bagian atas kebuka uhiuuyyyyyy lgs ngebayangin yg iya2 doonkkk 😂😂
Suka deh ma katakter Masumi disini
Tengkyuuuu mba Nes
Ga sabar nunggu next
Aku juga udah iyes2 bayanginnya mba 🤣 pada suka ya Masumi nakal gini 🤣🤣 aku nulisnya juga ga bosen 😁 makasih mba 😘😘😘
DeleteDitunggu ya outhor lanjutannya, yg banyak sampe happy ending, jangan2 penggemar maya ozaki si babang masumi yak ...😉
ReplyDeleteHe he he, kita liat aja nanti ya. Makasih udah baca
DeleteLanjut dong bt yg banyakan yak update nya, gak sabar nih
ReplyDeleteMakasih sudah mampir membaca ya :D
DeleteKereeennn...👍👍ad lg nih yg br lanjuuttt jgn lama "mba Agnes ditgu chap 3,4,5 strusny smpe tamat y😇
ReplyDeleteMakasih udah baca n komen ya. Semoga lancar n sehat terus sampai tamat ya :D
DeleteKereenn👍lanjuuutt omiai sampe tamat jgn lama" mba Agnes😇
ReplyDeleteMakasihhh, semoga ga lama ya 🙈🙈
DeleteLagii lagi lagiii, 😍😍😍
ReplyDeletesabar, sabar, sabarrr wkwkkwkwwk. makasih dah baca ya mbak say :D
DeletePa kbr Mba Agnes....update lg donk omiai sampe tamat,spesial hadiah NATARU bwt penggemarmu nih.....😘😇
ReplyDeleteYuhuuu, kabar baik disini. Mungkin baru bisa update minggu depan ya. Makasih banyak sudah baca :D
DeleteMba Agnes Lom update jg 😭rencana Thun bru dirmh aj mbil bc" karya cemerlangmu jgn lama" say....😘
ReplyDeletehahahaa...maaf ya, jadi molor lama lagi...disegerakan, semoga cepet selesai ya biar bisa update
DeleteMasumi yg ini bedaaaaa... jadi makin tergila-gila...
ReplyDeleteduh ... nggak berhenti senyum2..
fresh bangeet ini maya masumi versi baru heheheh tapi msh dgn typical charmingnya mrk asli… senang banget bacanya.. tq yaa… semangaat, ditungngu lanjutannyaa segera
ReplyDelete