Heart - Chapter 9


Disclaimer : Garasu no Kamen by Suzue Miuchi
FanFiction by Agnes Kristi
Setting : Lanjutan "Bersatunya Dua Jiwa 3"
Summary : Hati tak pernah bisa berbohong. Sekuat apa pun Masumi menahan rasa cintanya untuk Maya, tetap saja keinginan untuk memiliki gadis itu lebih besar. Ketika dua hati akhirnya bersatu, ujian datang untuk menguji keteguhan cinta mereka. 


 *********************************************************************************

Jealous by Labrinth


I'm jealous of the rain
Aku iri pada hujan
That falls upon your skin
Yang jatuh di kulitmu
It's closer than my hands have been
Lebih dekat dari tanganku
I'm jealous of the rain
Aku iri pada hujan

I'm jealous of the windu
Aku iri pada angin
That ripples through your clothes
Yang mengoyak bajumu
It's closer than your shadow
Lebih dekat dari bayanganmu
Oh, I'm jealous of the wind, cause
Oh aku iri pada angin, karena

[Chorus:]
I wished you the best of
Ku berharap yang terbaik untukmu
All this world could give
Segala hal dunia ini dapat memberimu
And I told you when you left me
Dan ku beritahu kau saat kau meninggalkan aku
There's nothing to forgive
Tak ada yang perlu dimaafkan
But I always thought you'd come back, tell me all you found was
Tapi ku selalu berpikir kau akan kembali, katakan padaku semua yang telah kau temukan adalah
Heartbreak and misery
Kehancuran dan kesedihan
It's hard for me to say, I'm jealous of the way
Sulit kukatakan, aku iri dengan caramu
You're happy without me
Bahagia tanpaku

I'm jealous of the nights
Ku iri pada malam
That I don't spend with you
Yang tak kuhabiskan denganmu
I'm wondering who you lay next to
Ku ingin tahu siapa yang berbaring di sampingmu
Oh, I'm jealous of the nights
Oh, aku iri pada malam
I'm jealous of the love
Aku iri pada cinta

***



Maya tersenyum saat bangun pagi hari dan mendapati Masumi masih tidur disebelahnya. Dia pun bergerak perlahan, turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri, Maya merapikan selimut agar tetap membuat kekasihnya hangat dan meninggalkannya menuju dapur.

Harada dan para pelayan langsung menyapa Maya penuh hormat saat calon nyonya Hayami itu memasuki dapur. Senyum Maya kembali mengembang dan menjawab sapaan para pelayan dengan ramah. Dia pun bertanya tentang menu sarapan untuk Masumi. Setelah memastikan sarapan Masumi sesuai dengan anjuran dokter, Maya meminta pelayan untuk menyiapkannya dan membawanya ke kamar. Wanita mungil itu baru akan beranjak meninggalkan dapur ketika sebuah pertanyaan dari Harada menghentikan langkahnya.

"Maaf Nona, tapi dimana sebaiknya kami membawa sarapan Tuan?" Harada menundukkan kepala dengan senyum penuh hormat.

"Ah, itu-," Maya tersipu malu jadinya. Dia yakin kalau Harada dan para pelayan tahu kalau Masumi tidur di kamarnya semalam. "Bawa saja ke kamarku," katanya kemudian sembari berputar dengan langkah cepat dan bergegas meninggalkan dapur, tidak mau wajah merahnya terlihat.

Maya menghela napas panjang saat berhenti di depan pintu kamarnya. "Ah, aku malu sekali," gumamnya lirih. Tapi kemudian Maya tersenyum ketika wajah damai Masumi yang memeluknya semalam kembali terbayang dalam ingatannya. Setelah merasa tenang, Maya membuka pintu kamarnya perlahan. Wanita itu kembali tersenyum saat melihat kekasih hatinya masih terlelap. Jam dinding menunjukkan pukul tujuh pagi.

Duduk di tepi tempat tidur, Maya merasa enggan membangunkan Masumi. Sayangnya, Masumi tidak boleh melewatkan waktu sarapan dan minum obatnya. Diapun mngusap kepala Masumi dengan lembut.

"Masumi, bangunlah," lirihnya.

Merasakan sentuhan lembut di kepala membuat Masumi membuka matanya perlahan. Mengerjap beberapa kali, Masumi berusaha memfokuskan penglihatannya. Senyum Maya menular padanya.

"Selamat pagi," sapa Maya.

"Selamat pagi, Maya," jawab Masumi dengan suara parau. Dia pun mengamati sekitar hingga matanya menyipit saat menyadari sesuatu.

"Kau tidur di kamarku," kata Maya karena melihat Masumi kebingungan.

"Ah, begitu ya." Masumi bangun lalu duduk bersandar pada kepala tempat tidur. "Maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman semalam," ucapnya kemudian.

Maya justru tertawa mendengarnya. Wanita itu menggeleng pelan, meraih tangan Masumi dan membawa telapak tangan besar itu kesisi wajahnya. "Aku tidur nyenyak semalam," jawabnya sembari kembali mengulas senyum.

Giliran Masumi yang tertawa. Dia menarik Maya jatuh ke dalam pelukannya lalu mengecup puncak kepala kekasihnya. "Jangan berekspresi seperti itu di depanku, setidaknya jangan sekarang. Aku masih harus menunggu dua bulan lagi," kata Masumi sembari terkekeh.

Maya tidak bodoh untuk mengerti maksud ucapan kekasihnya. Wajahnya bersemu merah dan tangan mungilnya memukul dada Masumi. "Kau membuatku malu." Maya melepaskan Masumi dan menatap kekasihnya itu dengan wajah merona. "Aku sudah cukup malu dengan Bibi Harada juga para pelayan di bawah."

Tawa Masumi kembali terdengar. Ya, dia lupa kalau ada banyak pelayan di rumahnya. Sepertinya mulai sekarang dia dan Maya akan menjadi bahan gosip menyenangkan bagi para pelayan. "Abaikan saja, kau calon istriku," ucap Masumi kemudian. Dia berusaha menghibur Maya tapi wajah gelinya justru membuat Maya semakin mencebik.

"Kau ini, jangan ikut menertawakanku. Aku malu karenamu," kata Maya sembari melempar guling ke dada Masumi.

"Kau tidak harus malu, kita hanya tidur seranjang," jawab Masumi.

"Mereka pasti tidak berpikir seperti itu," kata Maya lagi.

Terlintas ide jahil dipikiran Masumi karena perkataan Maya. "Jadi, bagaimana kalau kita lakukan saja seperti yang mereka pikirkan? Hhmm?" Tuan Muda Hayami itu menyingkap selimut yang menutupi kakinya lalu meraih pergelangan tangan Maya agar semakin dekat padanya.

"Jangan bercanda Masumi." Maya berdiri lalu menarik pergelangan tangannya. Dia pun memberikan kecupan pada Masumi yang masih duduk di tepi tempat tidurnya. Wanita cantik itu kemudian berbisik lirih dengan kedua tangan bersandar di bahu kekasihnya. "Aku bukan anak-anak lagi, jadi jangan memancingku, oke?"

Sebuah kecupan kembali mendarat di pipi Masumi. Dengan cepat Maya berbalik lalu berjalan ke arah pintu. "Cepat bangun dan mandi, sarapan sebentar lagi datang. Aku akan menghubungi Yukari sebentar," katanya tanpa menatap Masumi dan dengan cepat menghilang di balik pintu.
Jantung Maya berdebar kencang saat bersandar di depan pintu. Wajahnya semakin memerah sembari tersenyum geli begitu mendengar suara tawa Masumi dari dalam kamar.

***

“Nona, Tuan Sakurakoji menunggu Anda di luar.”

Maya yang baru saja selesai membersihkan make up nya langsung menatap sang menejer dengan heran.

“Koji?” tanya Maya memastikan.

“Benar, Nona. Sudah beberapa hari ini Tuan Sakurakoji terus menghubungi saya dan menanyakan tentang Anda,” terang Yukari.

“Apa kau mengatakan kalau aku tinggal di kediaman keluarga Hayami?” Maya kembali bertanya.

Yukari menggeleng. “Nona Mizuki melarang saya untuk mengatakan hal itu pada siapa pun.”

Maya tampak lega mendengarnya. “Baiklah, aku akan berganti pakaian lalu menemuinya.” Dia pun segera menuju kamar ganti sementara Maki membereskan semua perlengkapan. Mereka baru saja selesai pemotretan untuk iklan perusahaan Nara. Dengan begini, salah satu kontrak kerja Maya sudah selesai dan itu membuatnya lega.

Koji sedang duduk di selasar studio sembari menikmati sekaleng soda saat Maya keluar dari ruang rias. Pemuda itu tampak begitu senang dan langsung membuang kaleng sodanya ke tempat sampah yang tidak jauh dari tempatnya duduk.

“Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” sapa Koji dengan senyum simpulnya.

“Aku baik-baik saja, ya, hanya disibukkan dengan beberapa masalah pekerjaan,” jawab Maya.

Dan persiapan pernikahan, lanjut Koji dalam hati. Matanya menatap tajam Maya yang tampak anggun dengan balutan gaun berlengan pendek berwarna hijau.

“Oh ya, kenapa kau mencariku?” tanya Maya yang membuyarkan lamunan sesaat Koji.

Pemuda tampan itu kembali tersenyum. “Apa aku harus mempunyai alasan untuk bisa bertemu sahabatku sendiri?”

Maya justru terkekeh mendengarnya. “Tentu saja tidak.”

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan malam bersama?” kata Koji memberikan penawaran.

“Makan malam?” Maya langsung melihat jam tangannya, pukul 18.00. Haruskah dia pergi?

“Maya? Apa kau ada acara lain malam ini?” tanya Koji kemudian saat melihat Maya tampak ragu untuk menjawab. Dia yakin itu karena Masumi.

Menghela napas perlahan, Maya merasa tidak enak untuk menolak ajakan Koji tapi dia juga memikirkan Masumi. “Sebentar, aku harus memastikan sesuatu. Keberatan menunggu disini?” tanya Maya.

“Tidak, aku akan menunggu,” jawab Koji santai, meski begitu tangannya terkepal erat saat melihat Maya tergesa memasuki ruang riasnya. Gadis itu pasti ingin menghubungi Masumi sebelum pergi dan hal itu membuat hati Koji terasa panas. Dia pun kembali duduk di selasar studio dan menyesal sudah membuang sisa sodanya tadi.

***

“Maya pulang terlambat?”

Masumi menoleh dan mendapati ayahnya bersama dengan Asa. Dia sedang menunggu Maya di ruang keluarga sembari memeriksa beberapa email yang dikirim oleh Mizuki.

“Maya bilang dia akan pergi makan malam dengan Koji,” jawab Masumi kemudian.

“Yuu Sakurakoji? Pemeran Ishin?” tanya Eisuke memastikan.

“Iya,” jawab Masumi singkat. Dia pun kembali membuka handphone nya untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Dan kau mengijinkan Maya pergi?” tanya Eisuke lagi.

Pertanyaan itu membuat Masumi kembali menatap sang ayah. “Tentu saja,” jawabnya kemudian. Masumi tahu kemana arah pertanyaan ayahnya. Bohong kalau dirinya tidak merasa cemburu dengan Koji. Tapi dia tidak sanggup melarang Maya pergi.

“Pemuda itu menyukai Maya,” tegas Eisuke kemudian.

“Aku tahu,” jawab Masumi tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar handphone.

Asa tersenyum melihat wajah kesal Eisuke karena diabaikan Masumi. “Nona Maya pasti merasa sungkan menolak ajakan sahabatnya, Tuan. Anda tidak perlu khawatir,” jelas Asa yang berusaha menenangkan.

“Aku tidak khawatir tentang Maya. Aku khawatir Masumi yang cemburu lalu bertindak bodoh.” Jawaban Eisuke langsung membuat Masumi kembali menatapnya dengan kening tertekuk.

“Apa maksud Ayah?” tanya Masumi tidak terima.

“Kau selalu bertindak bodoh jika menyangkut Maya,” kata Eisuke tanpa basa basi.

“Jangan mengejekku, Ayah,” gerutu Masumi dengan wajah kesal seraya mengambil cangkir teh dari atas meja.

Eisuke berdecih mengejek putranya. “Tidak perlu mengelak, aku yakin sekarang Hijiri sedang memata-matai Maya di restoran.”

Masumi yang sedang minum langsung tersedak sampai terbatuk-batuk. Asa justru tersenyum melihat Masumi menyeka mulutnya yang basah sembari menatap tajam sang ayah.

“Dasar bodoh,” gumam Eisuke yang kemudian meminta Asa kembali mengantarnya ke kamar, meninggalkan Masumi dengan wajah merahnya.

“Koji sialan,” umpat Masumi lirih sembari mengacak rambutnya.

***

“Jadi, kau akan menikah?”

Pertanyaan tanpa basa basi itu membuat Maya terkekeh. Dia dan Koji bahkan baru saja memesan makanan. “Ya, begitulah,” jawab Maya kemudian.

“Alasan dia menghindarimu dulu, apakah-,”

“Ah, masalah itu. Semua hanya salah paham,” potong Maya cepat. Dia hampir lupa kalau pernah mencurahkan isi hatinya pada Koji.

Koji menyunggingkan senyum tipis. Melihat wajah Maya yang berbinar membuat hatinya semakin sakit. “Aku senang kalau akhirnya kau bahagia,” kata Koji dengan masih mempertahankan senyum dibibirnya.

“Terima kasih,” jawab Maya sembari membalas senyum Koji.

Pelayan yang datang membuat percakapan keduanya terjeda. Tapi saat mereka kembali berbincang, Koji tak lagi membahas masalah hubungan Masumi dan Maya. Dari salah satu meja di sudut ruangan, Hijiri menyesap kopinya dengan tenang. Dia yakin semua baik-baik saja hanya dengan melihat senyum Maya. Sudut bibirnya tertarik saat membayangkan betapa gelisahnya Masumi di saat ini. Tak lama kemudian, Maya dan Koji selesai dengan makan malam mereka. Hijiri beranjak saat melihat keduanya keluar restoran.

Sementara itu di tempat parkir.

“Dua bulan lagi kau akan menyandang nama Hayami,” ucap Koji yang membuat Maya berhenti melangkah. Dia pun berputar dan menatap dalam sahabatnya.

Sesat keduanya terdiam, sampai akhirnya Maya membaca kesedihan di wajah Koji. “Koji, antara kita-,”

“Sst, aku tahu. Kita berdua hanya sahabat,” lanjut Koji karena enggan mendengar hal itu dari mulut Maya.

“Aku harap kau juga bisa bahagia bersama dengan Mai,” ucap Maya kemudian.

Koji hanya menyunggingkan senyum tipis. “Sudah malam, ayo pulang,” katanya kemudian.

Maya yang balas tersenyum pun akhirnya kembali berjalan. Iwaguchi sudah menunggu di mobil, dia segera keluar begitu melihat Maya dan Koji. “Selamat malam Koji, terima kasih untuk makan malamnya.” Gadis itu berhenti tepat di samping mobil.

“Terima kasih juga mau meluangkan waktu bersamaku,” balas Koji.

Maya baru saja berbalik saat Iwaguchi membukakan pintu untuknya, tiba-tiba tangannya ditarik hingga jatuh ke dalam pelukan Koji. Maya terkejut dengan mata membola ketika Koji mencium bibirnya sembari merengkuh pinggulnya erat. Iwaguchi bahkan menahan napas melihatnya.

Sama halnya dengan Hijiri, pria itu merasa jantungnya berhenti berdetak. Dia segera berlari menghampiri Maya namun seketika berhenti ketika suara tamparan menggema di udara. Dilihatnya Maya menangis lalu membanting pintu mobil disusul Iwaguchi yang tergopoh memasuki mobil. Sedan mewah itu meluncur dengan cepat meninggalkan pelataran parkir.

Koji berbalik dengan wajah masam. Dia terkejut saat melihat Hijiri terpaku menatapnya. Sudut bibirnya tertarik menjadi seringai tajam. Dengan santai pemuda itu berjalan menghampiri Hijiri. “Sampaikan salamku pada Tuan Masumi,” bisiknya tepat ketika berpapasan dengan Hijiri, membuat sang pengawal itu menahan geram dalam diam.

***
>>Bersambung<<
>>Heart - Chapter 8<<
>>Heart - Chapter 10<<

A/N : Ahhhh ... ini adalah serial terpanjang yang aku buat. Panjang penantiannya karena ga kelar2, wkwkwkkwkwkw. Terima kasih untuk yang masih setia dan sabar menunggu update.
Happy reading *deep bow

Post a Comment

9 Comments

  1. Wah wah wah
    Bakal ada granat yang menghantam Koji kalo sampe pada lapor Masumi nih 🙈

    ReplyDelete
  2. Wah wah wah
    Bakal ada granat yang menghantam Koji kalo sampe pada lapor Masumi nih 🙈

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru kali ya kalo koji sama masumi berantem wkwkwk

      Delete
  3. Ya ampun Koji nekat
    Ga sabar liat reaksi Masumi
    Pasti ada yg foto nieh

    ReplyDelete
  4. Ya ampun Koji nekat
    Ga sabar liat reaksi Masumi
    Pasti ada yg foto nieh

    ReplyDelete
  5. Bentar lagi ada badaii

    ReplyDelete
  6. Seruuuuu amat sih... Nggak sabar next chapter...

    ReplyDelete
  7. Asiiik sampai rumah masumi pasti coum bibir maya lwbih dan lebih lama karena mau meghapus bekas bibir koni...cie...cie

    ReplyDelete
  8. please jangan terlalu lama episode 10nya......

    ReplyDelete