Disclaimer : Garasu no
Kamen by Suzue Miuchi
FanFiction by Agnes
Kristi
Setting : Lanjutan
"Bersatunya Dua Jiwa 3"
Summary : Hati
tak pernah bisa berbohong. Sekuat apa pun Masumi menahan rasa cintanya untuk
Maya, tetap saja keinginan untuk memiliki gadis itu lebih besar. Ketika dua
hati akhirnya bersatu, ujian datang untuk menguji keteguhan cinta mereka.
Jealous by Labrinth
I'm jealous of the rain
Aku
iri pada hujan
Yang
jatuh di kulitmu
It's closer than my hands have been
Lebih
dekat dari tanganku
I'm jealous of the rain
Aku
iri pada hujan
I'm jealous of the windu
Aku
iri pada angin
That ripples through your clothes
Yang
mengoyak bajumu
It's closer than your shadow
Lebih
dekat dari bayanganmu
Oh, I'm jealous of the wind, cause
Oh
aku iri pada angin, karena
[Chorus:]
I wished you the best of
Ku
berharap yang terbaik untukmu
All this world could give
Segala
hal dunia ini dapat memberimu
And I told you when you left me
Dan
ku beritahu kau saat kau meninggalkan aku
There's nothing to forgive
Tak
ada yang perlu dimaafkan
But I always thought you'd come
back, tell me all you found was
Tapi
ku selalu berpikir kau akan kembali, katakan padaku semua yang telah kau
temukan adalah
Heartbreak and misery
Kehancuran
dan kesedihan
It's hard for me to say, I'm
jealous of the way
Sulit
kukatakan, aku iri dengan caramu
You're happy without me
Bahagia
tanpaku
I'm jealous of the nights
Ku
iri pada malam
That I don't spend with you
Yang
tak kuhabiskan denganmu
I'm wondering who you lay next to
Ku
ingin tahu siapa yang berbaring di sampingmu
Oh, I'm jealous of the nights
Oh,
aku iri pada malam
I'm jealous of the love
Aku
iri pada cinta
***
Maya tersenyum saat
bangun pagi hari dan mendapati Masumi masih tidur disebelahnya. Dia pun
bergerak perlahan, turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi.
Selesai membersihkan diri, Maya merapikan selimut agar tetap membuat kekasihnya
hangat dan meninggalkannya menuju dapur.
Harada dan para pelayan
langsung menyapa Maya penuh hormat saat calon nyonya Hayami itu memasuki dapur. Senyum Maya kembali mengembang dan menjawab sapaan para pelayan dengan ramah.
Dia pun bertanya tentang menu sarapan untuk Masumi. Setelah memastikan sarapan
Masumi sesuai dengan anjuran dokter, Maya meminta pelayan untuk menyiapkannya
dan membawanya ke kamar. Wanita mungil itu baru akan beranjak meninggalkan
dapur ketika sebuah pertanyaan dari Harada menghentikan langkahnya.
"Maaf Nona, tapi
dimana sebaiknya kami membawa sarapan Tuan?" Harada menundukkan kepala
dengan senyum penuh hormat.
"Ah, itu-,"
Maya tersipu malu jadinya. Dia yakin kalau Harada dan para pelayan tahu kalau
Masumi tidur di kamarnya semalam. "Bawa saja ke kamarku," katanya
kemudian sembari berputar dengan langkah cepat dan bergegas meninggalkan dapur,
tidak mau wajah merahnya terlihat.
Maya menghela napas
panjang saat berhenti di depan pintu kamarnya. "Ah, aku malu sekali,"
gumamnya lirih. Tapi kemudian Maya tersenyum ketika wajah damai Masumi yang
memeluknya semalam kembali terbayang dalam ingatannya. Setelah merasa tenang,
Maya membuka pintu kamarnya perlahan. Wanita itu kembali tersenyum saat melihat
kekasih hatinya masih terlelap. Jam dinding menunjukkan pukul tujuh pagi.
Duduk di tepi tempat
tidur, Maya merasa enggan membangunkan Masumi. Sayangnya, Masumi tidak boleh
melewatkan waktu sarapan dan minum obatnya. Diapun mngusap kepala Masumi dengan
lembut.
"Masumi,
bangunlah," lirihnya.
Merasakan sentuhan lembut
di kepala membuat Masumi membuka matanya perlahan. Mengerjap beberapa kali,
Masumi berusaha memfokuskan penglihatannya. Senyum Maya menular padanya.
"Selamat pagi,"
sapa Maya.
"Selamat pagi,
Maya," jawab Masumi dengan suara parau. Dia pun mengamati sekitar hingga
matanya menyipit saat menyadari sesuatu.
"Kau tidur di
kamarku," kata Maya karena melihat Masumi kebingungan.
"Ah, begitu
ya." Masumi bangun lalu duduk bersandar pada kepala tempat tidur. "Maaf
kalau aku membuatmu tidak nyaman semalam," ucapnya kemudian.
Maya justru tertawa
mendengarnya. Wanita itu menggeleng pelan, meraih tangan Masumi dan membawa
telapak tangan besar itu kesisi wajahnya. "Aku tidur nyenyak
semalam," jawabnya sembari kembali mengulas senyum.
Giliran Masumi yang
tertawa. Dia menarik Maya jatuh ke dalam pelukannya lalu mengecup puncak kepala
kekasihnya. "Jangan berekspresi seperti itu di depanku, setidaknya jangan
sekarang. Aku masih harus menunggu dua bulan lagi," kata Masumi sembari
terkekeh.
Maya tidak bodoh untuk
mengerti maksud ucapan kekasihnya. Wajahnya bersemu merah dan tangan mungilnya
memukul dada Masumi. "Kau membuatku malu." Maya melepaskan Masumi dan
menatap kekasihnya itu dengan wajah merona. "Aku sudah cukup malu dengan
Bibi Harada juga para pelayan di bawah."
Tawa Masumi kembali
terdengar. Ya, dia lupa kalau ada banyak pelayan di rumahnya. Sepertinya mulai
sekarang dia dan Maya akan menjadi bahan gosip menyenangkan bagi para pelayan.
"Abaikan saja, kau calon istriku," ucap Masumi kemudian. Dia berusaha
menghibur Maya tapi wajah gelinya justru membuat Maya semakin mencebik.
"Kau ini, jangan
ikut menertawakanku. Aku malu karenamu," kata Maya sembari melempar guling
ke dada Masumi.
"Kau tidak harus
malu, kita hanya tidur seranjang," jawab Masumi.
"Mereka pasti tidak
berpikir seperti itu," kata Maya lagi.
Terlintas ide jahil
dipikiran Masumi karena perkataan Maya. "Jadi, bagaimana kalau kita
lakukan saja seperti yang mereka pikirkan? Hhmm?" Tuan Muda Hayami itu
menyingkap selimut yang menutupi kakinya lalu meraih pergelangan tangan Maya
agar semakin dekat padanya.
"Jangan bercanda
Masumi." Maya berdiri lalu menarik pergelangan tangannya. Dia pun
memberikan kecupan pada Masumi yang masih duduk di tepi tempat tidurnya. Wanita
cantik itu kemudian berbisik lirih dengan kedua tangan bersandar di bahu
kekasihnya. "Aku bukan anak-anak lagi, jadi jangan memancingku, oke?"
Sebuah kecupan kembali
mendarat di pipi Masumi. Dengan cepat Maya berbalik lalu berjalan ke arah
pintu. "Cepat bangun dan mandi, sarapan sebentar lagi datang. Aku akan
menghubungi Yukari sebentar," katanya tanpa menatap Masumi dan dengan
cepat menghilang di balik pintu.
Jantung Maya berdebar
kencang saat bersandar di depan pintu. Wajahnya semakin memerah sembari
tersenyum geli begitu mendengar suara tawa Masumi dari dalam kamar.
***
“Nona, Tuan Sakurakoji
menunggu Anda di luar.”
Maya yang baru saja
selesai membersihkan make up nya langsung menatap sang menejer dengan heran.
“Koji?” tanya Maya
memastikan.
“Benar, Nona. Sudah
beberapa hari ini Tuan Sakurakoji terus menghubungi saya dan menanyakan tentang
Anda,” terang Yukari.
“Apa kau mengatakan kalau
aku tinggal di kediaman keluarga Hayami?” Maya kembali bertanya.
Yukari menggeleng. “Nona
Mizuki melarang saya untuk mengatakan hal itu pada siapa pun.”
Maya tampak lega
mendengarnya. “Baiklah, aku akan berganti pakaian lalu menemuinya.” Dia pun
segera menuju kamar ganti sementara Maki membereskan semua perlengkapan. Mereka
baru saja selesai pemotretan untuk iklan perusahaan Nara. Dengan begini, salah
satu kontrak kerja Maya sudah selesai dan itu membuatnya lega.
Koji sedang duduk di
selasar studio sembari menikmati sekaleng soda saat Maya keluar dari ruang rias.
Pemuda itu tampak begitu senang dan langsung membuang kaleng sodanya ke tempat
sampah yang tidak jauh dari tempatnya duduk.
“Lama tidak bertemu,
bagaimana kabarmu?” sapa Koji dengan senyum simpulnya.
“Aku baik-baik saja, ya,
hanya disibukkan dengan beberapa masalah pekerjaan,” jawab Maya.
Dan
persiapan pernikahan, lanjut Koji dalam hati. Matanya menatap
tajam Maya yang tampak anggun dengan balutan gaun berlengan pendek berwarna
hijau.
“Oh ya, kenapa kau mencariku?”
tanya Maya yang membuyarkan lamunan sesaat Koji.
Pemuda tampan itu kembali
tersenyum. “Apa aku harus mempunyai alasan untuk bisa bertemu sahabatku
sendiri?”
Maya justru terkekeh
mendengarnya. “Tentu saja tidak.”
“Kalau begitu, bagaimana
kalau kita makan malam bersama?” kata Koji memberikan penawaran.
“Makan malam?” Maya
langsung melihat jam tangannya, pukul 18.00. Haruskah dia pergi?
“Maya? Apa kau ada acara
lain malam ini?” tanya Koji kemudian saat melihat Maya tampak ragu untuk
menjawab. Dia yakin itu karena Masumi.
Menghela napas perlahan,
Maya merasa tidak enak untuk menolak ajakan Koji tapi dia juga memikirkan
Masumi. “Sebentar, aku harus memastikan sesuatu. Keberatan menunggu disini?”
tanya Maya.
“Tidak, aku akan
menunggu,” jawab Koji santai, meski begitu tangannya terkepal erat saat melihat
Maya tergesa memasuki ruang riasnya. Gadis itu pasti ingin menghubungi Masumi
sebelum pergi dan hal itu membuat hati Koji terasa panas. Dia pun kembali duduk
di selasar studio dan menyesal sudah membuang sisa sodanya tadi.
***
“Maya pulang terlambat?”
Masumi menoleh dan
mendapati ayahnya bersama dengan Asa. Dia sedang menunggu Maya di ruang
keluarga sembari memeriksa beberapa email yang dikirim oleh Mizuki.
“Maya bilang dia akan
pergi makan malam dengan Koji,” jawab Masumi kemudian.
“Yuu Sakurakoji? Pemeran
Ishin?” tanya Eisuke memastikan.
“Iya,” jawab Masumi
singkat. Dia pun kembali membuka handphone
nya untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Dan kau mengijinkan Maya
pergi?” tanya Eisuke lagi.
Pertanyaan itu membuat
Masumi kembali menatap sang ayah. “Tentu saja,” jawabnya kemudian. Masumi tahu
kemana arah pertanyaan ayahnya. Bohong kalau dirinya tidak merasa cemburu
dengan Koji. Tapi dia tidak sanggup melarang Maya pergi.
“Pemuda itu menyukai
Maya,” tegas Eisuke kemudian.
“Aku tahu,” jawab Masumi
tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar handphone.
Asa tersenyum melihat
wajah kesal Eisuke karena diabaikan Masumi. “Nona Maya pasti merasa sungkan
menolak ajakan sahabatnya, Tuan. Anda tidak perlu khawatir,” jelas Asa yang
berusaha menenangkan.
“Aku tidak khawatir
tentang Maya. Aku khawatir Masumi yang cemburu lalu bertindak bodoh.” Jawaban
Eisuke langsung membuat Masumi kembali menatapnya dengan kening tertekuk.
“Apa maksud Ayah?” tanya
Masumi tidak terima.
“Kau selalu bertindak
bodoh jika menyangkut Maya,” kata Eisuke tanpa basa basi.
“Jangan mengejekku,
Ayah,” gerutu Masumi dengan wajah kesal seraya mengambil cangkir teh dari atas
meja.
Eisuke berdecih mengejek
putranya. “Tidak perlu mengelak, aku yakin sekarang Hijiri sedang memata-matai
Maya di restoran.”
Masumi yang sedang minum
langsung tersedak sampai terbatuk-batuk. Asa justru tersenyum melihat Masumi
menyeka mulutnya yang basah sembari menatap tajam sang ayah.
“Dasar bodoh,” gumam
Eisuke yang kemudian meminta Asa kembali mengantarnya ke kamar, meninggalkan
Masumi dengan wajah merahnya.
“Koji sialan,” umpat
Masumi lirih sembari mengacak rambutnya.
***
“Jadi, kau akan menikah?”
Pertanyaan tanpa basa
basi itu membuat Maya terkekeh. Dia dan Koji bahkan baru saja memesan makanan. “Ya,
begitulah,” jawab Maya kemudian.
“Alasan dia menghindarimu
dulu, apakah-,”
“Ah, masalah itu. Semua
hanya salah paham,” potong Maya cepat. Dia hampir lupa kalau pernah mencurahkan
isi hatinya pada Koji.
Koji menyunggingkan
senyum tipis. Melihat wajah Maya yang berbinar membuat hatinya semakin sakit.
“Aku senang kalau akhirnya kau bahagia,” kata Koji dengan masih mempertahankan
senyum dibibirnya.
“Terima kasih,” jawab
Maya sembari membalas senyum Koji.
Pelayan yang datang
membuat percakapan keduanya terjeda. Tapi saat mereka kembali berbincang, Koji
tak lagi membahas masalah hubungan Masumi dan Maya. Dari salah satu meja di
sudut ruangan, Hijiri menyesap kopinya dengan tenang. Dia yakin semua baik-baik
saja hanya dengan melihat senyum Maya. Sudut bibirnya tertarik saat
membayangkan betapa gelisahnya Masumi di saat ini. Tak lama kemudian, Maya dan
Koji selesai dengan makan malam mereka. Hijiri beranjak saat melihat keduanya
keluar restoran.
Sementara itu di tempat
parkir.
“Dua bulan lagi kau akan
menyandang nama Hayami,” ucap Koji yang membuat Maya berhenti melangkah. Dia pun
berputar dan menatap dalam sahabatnya.
Sesat keduanya terdiam,
sampai akhirnya Maya membaca kesedihan di wajah Koji. “Koji, antara kita-,”
“Sst, aku tahu. Kita berdua
hanya sahabat,” lanjut Koji karena enggan mendengar hal itu dari mulut Maya.
“Aku harap kau juga bisa
bahagia bersama dengan Mai,” ucap Maya kemudian.
Koji hanya menyunggingkan
senyum tipis. “Sudah malam, ayo pulang,” katanya kemudian.
Maya yang balas tersenyum
pun akhirnya kembali berjalan. Iwaguchi sudah menunggu di mobil, dia segera
keluar begitu melihat Maya dan Koji. “Selamat malam Koji, terima kasih untuk
makan malamnya.” Gadis itu berhenti tepat di samping mobil.
“Terima kasih juga mau
meluangkan waktu bersamaku,” balas Koji.
Maya baru saja berbalik
saat Iwaguchi membukakan pintu untuknya, tiba-tiba tangannya ditarik hingga
jatuh ke dalam pelukan Koji. Maya terkejut dengan mata membola ketika Koji
mencium bibirnya sembari merengkuh pinggulnya erat. Iwaguchi bahkan menahan
napas melihatnya.
Sama halnya dengan
Hijiri, pria itu merasa jantungnya berhenti berdetak. Dia segera berlari
menghampiri Maya namun seketika berhenti ketika suara tamparan menggema di
udara. Dilihatnya Maya menangis lalu membanting pintu mobil disusul Iwaguchi
yang tergopoh memasuki mobil. Sedan mewah itu meluncur dengan cepat
meninggalkan pelataran parkir.
Koji berbalik dengan
wajah masam. Dia terkejut saat melihat Hijiri terpaku menatapnya. Sudut bibirnya
tertarik menjadi seringai tajam. Dengan santai pemuda itu berjalan menghampiri
Hijiri. “Sampaikan salamku pada Tuan Masumi,” bisiknya tepat ketika berpapasan
dengan Hijiri, membuat sang pengawal itu menahan geram dalam diam.
***
>>Bersambung<<>>Heart - Chapter 8<<
>>Heart - Chapter 10<<
A/N : Ahhhh ... ini adalah serial terpanjang yang aku buat. Panjang penantiannya karena ga kelar2, wkwkwkkwkwkw. Terima kasih untuk yang masih setia dan sabar menunggu update.
Happy reading *deep bow
9 Comments
Wah wah wah
ReplyDeleteBakal ada granat yang menghantam Koji kalo sampe pada lapor Masumi nih 🙈
Wah wah wah
ReplyDeleteBakal ada granat yang menghantam Koji kalo sampe pada lapor Masumi nih 🙈
Seru kali ya kalo koji sama masumi berantem wkwkwk
DeleteYa ampun Koji nekat
ReplyDeleteGa sabar liat reaksi Masumi
Pasti ada yg foto nieh
Ya ampun Koji nekat
ReplyDeleteGa sabar liat reaksi Masumi
Pasti ada yg foto nieh
Bentar lagi ada badaii
ReplyDeleteSeruuuuu amat sih... Nggak sabar next chapter...
ReplyDeleteAsiiik sampai rumah masumi pasti coum bibir maya lwbih dan lebih lama karena mau meghapus bekas bibir koni...cie...cie
ReplyDeleteplease jangan terlalu lama episode 10nya......
ReplyDelete