"Maafkan
saya Tuan Besar," Hijiri membungkuk di depan Eisuke yang sejak tadi hanya
diam dengan ekspresi sedih, menatap pintu ganda dengan label emergency room di
bagian atasnya. Di belakang Eisuke berdiri Asa dan Mizuki yang menunjukkan
ekspresi serupa.
"Aku
tidak menyangka Takamiya akan melakukannya secepat ini," lirih Eisuke dan
Hijiri yang sudah kembali menegakkan tubuhnya dapat merasakan penyesalan Eisuke.
"Saya
juga tidak menyangka. Awalnya saya datang ke kondo untuk bertemu Tuan Masumi
ternyata saya bertemu anak buah Takamiya di basement. Beruntung saya mengenali
mereka tapi saya tidak menduga kalau ada rencana lain yang sudah mereka
siapkan," terang Hijiri.
"Mereka
gegabah juga sampai bertindak secara terang-terangan seperti ini. Apa Tuan
Besar Takamiya sudah tahu tentang kesepakatan yang kita buat bersama Tuan Besar
Tanaka?" tanya Asa.
Eisuke mengeratkan tangan di atas lengan kursi rodanya, "Aku tidak terkejut kalau dia tahu dan aku yakin dia mulai curiga kalau aku sudah berpihak pada Masumi," jawab Eisuke tanpa menatap Asa.
Eisuke mengeratkan tangan di atas lengan kursi rodanya, "Aku tidak terkejut kalau dia tahu dan aku yakin dia mulai curiga kalau aku sudah berpihak pada Masumi," jawab Eisuke tanpa menatap Asa.
Pintu
emergency room yang terbuka menyela pembicaraan mereka. Dengan hati-hati Asa
mendorong kursi roda Eisuke untuk menghampiri sang dokter.
"Tuan
Besar Hayami," sapa sang dokter penuh hormat, dia adalah dokter pribadi
keluarga Hayami, Hayate.
"Bagaimana
keadaan mereka berdua?" tanya Eisuke.
"Anda
harus tenang Tuan Besar, ingat juga kesehatan Anda," sang dokter lebih
dulu memperingatkan Eisuke, "Tuan Masumi mengalami memar di tulang rusuk
kanannya, kemungkinan karena terbentur kemudi dan Nyonya Maya mendapat tiga
jahitan dipelipis kanannya karena terkena pecahan kaca. Selebihnya tidak ada
luka yang membahayakan. Kami akan memindahkannya ke kamar rawat," terang
dokter Hayate.
Eisuke
sedikit berlega hati mendengar penjelasan sang dokter. "Bisakah mereka
dirawat dalam satu ruangan?" tanyanya kemudian. Dokter Hayate menautkan
alis dengan bingung. "Baru saja ada orang yang ingin mencelakai mereka,
aku tidak mau mengambil resiko dengan meletakkan mereka di kamar terpisah. Akan
lebih aman dan lebih mudah menjaganya kalau mereka tinggal dalam satu
kamar," Eisuke menjelaskan maksud permintaannya.
Dokter
Hayate mengangguk tanda mengerti, "Saya akan mengatur semuanya,"
jawabnya kemudian sebelum akhirnya dia permisi untuk kembali masuk.
"Hijiri,"
panggil Eisuke.
"Ya
Tuan Besar," jawab Hijiri yang segera berdiri dengan pose siaga disamping
Eisuke.
"Hubungi
Masato juga Midori dan koordinasikan masalah pengamanan dengan beberapa
pengawal yang lain," perintah Eisuke.
"Baik
Tuan Besar," Hijiri mengangguk mengerti.
"Untuk
sementara kau ambil alih semua tugas Masumi di Daito. Jangan buat keributan dan
jangan sampai masalah ini tercium media. Mizuki, atur ulang semua jadwal Masumi
sesuai dengan Hijiri. Mulai hari ini kalian harus terbiasa bekerja sama," perintah
Eisuke lagi.
Mizuki dan Hijiri mengangguk bersamaan. Mereka pun langsung melakukan tugasnya sementara Asa membawa Eisuke mengikuti Masumi dan Maya yang baru saja keluar dari emergency room.
***
Mizuki dan Hijiri mengangguk bersamaan. Mereka pun langsung melakukan tugasnya sementara Asa membawa Eisuke mengikuti Masumi dan Maya yang baru saja keluar dari emergency room.
***
"Jadi mereka masih hidup?" Tuan Besar Takamiya menatap kolam ikan di halaman belakang rumahnya dengan perasaan kesal. Tidak puas dengan laporan salah satu anak buah Wada, orang kepercayaannya.
"Maafkan saya Tuan Besar," anak buah Wada itu bersimpuh di atas rumput dengan tubuh gemetar.
Tuan Besar Takamiya hanya diam dan Wada sudah tahu makna dari kediaman tuannya itu. Dengan satu isyarat Wada memerintahkan anak buahnya yang lain untuk membawa pria itu dan nasibnya sudah pasti tragis.
"Wada, aku tidak mau mendengar kegagalan lagi," ucap Tuan Besar Takamiya dengan masih menatap ikan koi kesayangannya di dalam kolam.
Wada membungkuk hormat di belakang sang Tuan Besar, "Baik Tuan Besar, untuk selanjutnya saya yang akan turun tangan secara langsung," ucapnya.
"Bagus, terserah bagaimana caranya, aku mau mendengar seluruh keluarga Hayami hancur," tegas Tuan Besar Takamiya, kedua tangannya yang terkait di belakang punggung tampak mengerat, menegaskan emosinya yang sedang bergejolak. Aura gelap yang tercipta di sekelilingnya membuat semua anak buah Wada bergidik dan menundukkan kepala. "Panggil Shiori, aku ingin bicara dengannya," kata Tuan Besar kemudian.
"Baik Tuan Besar," dan salah satu anak buah Wada segera pergi melaksanakan perintah.
"Hhmm, Hayami, semua ini belum berakhir," gumam Tuan Besar Takamiya disertai seringai lebar yang menyeramkan.
***
Masumi
terjaga tak lama setelah dirinya dipindahkan ke kamar rawat inap. Kamar VVIP
besar dengan fasilitas dan penjagaan yang ketat. Baru saja Masumi membuka mata,
dia disentakkan oleh ingatan terakhirnya sebelum pingsan. Bangun dengan
tergesa, Masumi melenguh keras begitu rasa sakit menyapa tulang rusuknya,
memaksanya kembali berbaring.
"Aku
akan tenang kalau jadi kau."
Masumi
menoleh dan mendapati Eisuke juga Asa berjalan menghampirinya.
"Ayah," lirihnya.
"Hhmm,
bagaimana keadaanmu?" tanya Eisuke.
"Bagaimana
Maya?" Masumi justru balik bertanya dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Dia
disampingmu," jawab Eisuke singkat dan Masumi segera menoleh ke sisi lain
tempat tidurnya. Kekhawatirannya semakin berlipat ganda kala melihat kening
Maya yang dibalut kain kasa. Masumi memaksakan diri untuk bangun, menahan nyeri
dan sakit.
"Tuan
Masumi, tenanglah," Asa segera menahan lengan Masumi ketika dia hendak
turun dari tempat tidur untuk melihat Maya. "Nyonya baik-baik saja. Selain
luka gores di pelipisnya, tidak ada luka yang membahayakan. Anda juga harus
memikirkan kondisi Anda, Tuan," Asa mengingatkan.
Masumi
menghela napas panjang dan dengan terpaksa kembali berbaring. "Apa Paman
Asa yakin Maya baik-baik saja?" Masumi masih belum percaya.
"Dokter
Hayate tidak mungkin berbohong kan? Istrimu baik-baik saja. Dinginkan kepalamu
karena perang baru saja dimulai," tegas Eisuke. Dia tahu Masumi khawatir
pada Maya, dalam hatipun dia merasakan hal yang sama. Hanya saja sekarang bukan
waktunya untuk khawatir berlebihan pada kondisi Maya yang jelas sudah baik-baik
saja. Keadaan di luar sana sedang genting karena keluarga Takamiya benar-benar
tidak tinggal diam.
"Takamiya?"
tebak Masumi dengan raut wajah keras.
"Ya,
mereka jelas mengincarmu dan Maya. Tidak akan berhenti sebelum puas dan sebelum
Daito hancur," kata Eisuke.
Masumi
terdiam lalu kembali menoleh ke arah Maya yang belum juga sadar. "Apa Ayah
yakin akan tetap melakukan rencana itu? Aku rela kalau Ayah tetap
mempertahankan Daito dan melepasku. Ku pikir Hijiri dan Mizuki bisa
melakukannya. Ditambah Tuan Tanaka, Daito pasti akan aman," kata Masumi
tanpa menatap Eisuke. Dia lebih memilih untuk menatap langit-langit
kamar.
Eisuke
menyeringai, "Jadi kau menyerah? Kemana Masumi yang kemarin menggebu-gebu
melawanku?"
Masumi
memutar kepalanya dan menatap Eisuke, "Aku tidak menyerah Ayah, hanya
menyayangkan kalau Ayah melepas Daito hanya demi aku. Kalaupun aku berperang,
biarkan aku melakukannya sendiri," terang Masumi dan Eisuke justru
terbahak mendengarnya.
"Kau
percaya diri sekali bisa melawan Takamiya sendiri. Padahal baru saja kau nyaris
kehilangan nyawa. Kemana otak jeniusmu itu? Kau pikir jika aku tidak membantumu
maka Takamiya akan melepaskan Daito?" Eisuke kembali terkekeh, "Kau
dan Daito sekarang adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Aku benci
mengakuinya tapi kau memang berhasil membuat Daito menjadi milikmu. Kau dan Asa
sudah memaksaku untuk merubah pikiranku dan mengambil jalan ini. Jangan kau
membuatku marah hanya karena kelemahanmu yang tidak sanggup melihat kenyataan
yang ada di depanmu."
"Maaf,"
hanya kata itu yang terucap dari bibir Masumi.
"Istirahatlah,
tenangkan dulu pikiranmu. Kau tidak perlu khawatir, penjagaan sudah aku
perketat. Midori juga Masato sudah siaga di depan," lanjut Eisuke. Dia
tahu Masumi butuh istirahat.
"Terima
kasih Ayah," kata Masumi kemudian.
"Hhmm,
Asa, ayo kita pulang." Eisuke memutar kursi rodanya diikuti oleh Asa yang
sebelumnya berpesan agar Masumi tetap tenang.
Sepeninggal
Eisuke, Masumi kembali merenungkan semuanya. Jujur dia shock dengan semua yang
terjadi. Dia tidak menyangka kalau Takamiya akan menggunakan cara kasar untuk
menyingkirkannya. Dan yang paling membuatnya khawatir adalah Maya yang juga
ikut terluka karenanya. Ternyata cintanya memang harus dibayar dengan mahal.
"Maya,
maafkan aku," lirih Masumi.
***
"Nggh,"
Maya melenguh lirih sebelum akhirnya membuka mata dan mendapati Masumi duduk di
sebuah kursi, di sebelah tempat tidurnya.
"Hai
sayang, bagaimana keadaanmu?" tanya Masumi lembut seraya mengusap kepala
Maya. Mengabaikan kondisinya, Masumi memaksakan diri dan melanggar perintah
dokter untuk beristirahat. Sejak bangun pagi tadi, Masumi justru duduk di
sebelah Maya, menunggunya bangun.
"Masumi,
kita dimana?" tanya Maya saat menyadari kalau dirinya berada di tempat
asing.
"Tenang
sayang, semua aman, kita ada di rumah sakit," jawab Masumi dengan nada
tenang, tidak mau membuat istrinya panik.
"Rumah
sakit? Akh!" Maya langsung memegangi kepalanya seraya mengeratkan mata
saat mencoba mengingat apa yang sudah terjadi.
"Sstt,
tenang," Masumi menarik tangan Maya agar tidak menekan lukanya.
Kembali
membuka mata, Maya melihat wajah Masumi yang tampak begitu khawatir. Dia baru
menyadari tiang IV yang ada di sebelah suaminya. "Kau juga terluka?"
tanya Maya.
Masumi
mengulas senyum lalu menggeleng, "Aku baik-baik saja," ucapnya dan
kembali mengusap kepala Maya. Tentu saja itu bohong, Masumi menahan nyeri dari
rusuknya yang memar akibat benturan. "Katakan padaku apa yang kau rasakan?
Apa yang sakit?" tanya Masumi.
Maya
terdiam dan berusaha menilai keadaan dirinya sendiri, merasakan bagian mana
dari tubuhnya yang terasa sakit. "Kurasa semuanya baik, hanya sedikit
merasa pusing," jawab Maya dan membalas senyum Masumi. Dia tidak mau
membuat suaminya khawatir. Maya yakin Masumi juga terluka tapi terlalu keras
kepala untuk mengakuinya. Seingatnya mobil mereka menabrak pembatas jalan
dengan keras dan Maya ingat bagaimana bagian depan mobil rusak dengan kaca yang
pecah dan berhamburan dimana-mana.
"Kau
yakin?" Masumi memastikan jawaban Maya.
"Iya,
aku baik-baik saja," jawab Maya dengan masih mempertahankan senyumnya.
"Anda
masih saja keras kepala Tuan."
Suara
seorang wanita mengalihkan perhatian Masumi juga Maya. Keduanya melihat ke arah
pintu dan mendapati Mizuki masuk dengan wajah kesal bersama dengan Hijiri.
"Nona
Mizuki? Kak Hijiri," Lirih Maya.
"Bagaimana
keadaan Anda, Nyonya?" tanya Mizuki begitu berdiri di sisi lain tempat
tidur Maya.
"Baik,"
jawab Maya singkat dan Mizuki kembali menatap kesal Masumi.
"Bukankah
dokter belum mengijinkan Anda turun dari tempat tidur Tuan?" tegur Mizuki
dan Maya langsung menatap suaminya.
"Aku
baik-baik saja," kata Masumi pada Maya yang tampak khawatir. Dia
mengabaikan kekesalan Mizuki.
"Tapi
Dokter Hayate-,"
"Aku
baik-baik saja Mizuki, tenanglah," potong Masumi. Dia mengalihkan
perhatian pada Hijiri yang berdiri di ujung tempat tidur Maya, "Semua
berjalan lancar?"
Hijiri
mengangguk, "Ya Tuan, semua berjalan lancar." Masumi tampak lega.
"Apa
semua baik-baik saja?" tanya Maya.
"Iya
sayang, semua baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir," Masumi kembali
mengusap kepala Maya penuh sayang.
"Masumi,
kembalilah ke tempat tidurmu. Kau juga perlu istirahat," kata Maya dan
Mizuki tersenyum penuh kemenangan mendengarnya.
"Suami
Anda benar-benar keras kepala Nyonya," sungut Mizuki dan Maya terkekeh
mendengarnya.
"Aku
tidak heran dengan itu Nona Mizuki. Istirahatlah Masumi atau kau akan membuatku
semakin khawatir," kata Maya kemudian.
Masumi
memberikan tatapan protes pada Mizuki karena mulut besarnya yang sayangnya
hanya ditanggapi dengan seringai senang oleh yang bersangkutan.
"Hijiri,
sebaiknya kau ajari kekasihmu itu untuk diam," kata Masumi seraya bangkit
dari duduknya.
Senyum
dibibir Mizuki segera menghilang sementara Hijiri mengulas senyum lalu membantu
Masumi berdiri.
"Nona
Mizuki dan Kak Hijiri?" Maya tampak bingung.
"Ti-tidak
Nyonya, itu tidak be-,"
"Iya
sayang, sebentar lagi mereka akan menikah," kata Masumi yang kemudian
mengusap wajah Maya. Dia melandaikan tubuhnya dengan bantuan Hijiri lalu
mengecup kening Maya, sedikit meringis ketika kembali menegakkan tubuhnya.
"Masumi,"
protes Maya.
"Aku
tidak apa-apa," kata Masumi.
"Anda
tidak bisa seenaknya menyimpulkan seperti itu Tuan," gerutu Mizuki dan
Masumi mengabaikannya, justru beralih menatap Hijiri disebelahnya.
"Apa
ucapanku salah Hijiri?" tanya Masumi.
Hijiri
terkekeh, "Anda benar Tuan, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat,"
jawabnya.
"Ah,
begitu ya. Aku senang mendengarnya," celetuk Maya dengan wajah berbinar
dan Mizuki hanya bisa menghela napas panjang menghadapi kekonyolan dua
atasannya itu.
"Cepat
kembali ke tempat tidur Anda Tuan Masumi, sebentar lagi dokter datang,"
Mizuki mencoba mengalihkan perhatian.
Maya
menatap Masumi yang berdiri dibantu Hijiri dengan tatapan prihatin,
"Tidurlah Masumi," pinta Maya.
Masumi
mengangguk, sekali lagi mengusap kepala Maya kemudian kembali ke tempat
tidurnya dengan dipapah Hijiri. Mizuki menggumam kesal dan Maya tersenyum lega.
Benar apa yang dikatakan Mizuki, pintu kamar terbuka dan Dokter Hayate masuk
bersama dua orang perawat.
Masumi dan Maya mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan Dokter Hayate mengenai kondisi mereka. Lega rasanya saat tahu keadaan mereka semakin membaik. Dokter Hayate hanya mengingatkan Masumi juga Maya untuk beristirahat dengan baik dan keduanya mengangguk dengan patuh. Selesai dengan pemeriksaan, Dokter Hayate meninggalkan ruangan bersama dengan dua orang perawatnya.
Masumi dan Maya mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan Dokter Hayate mengenai kondisi mereka. Lega rasanya saat tahu keadaan mereka semakin membaik. Dokter Hayate hanya mengingatkan Masumi juga Maya untuk beristirahat dengan baik dan keduanya mengangguk dengan patuh. Selesai dengan pemeriksaan, Dokter Hayate meninggalkan ruangan bersama dengan dua orang perawatnya.
Hijiri
duduk di samping tempat tidur Masumi sementara Mizuki duduk di sebelah tempat
tidur Maya. Keduanya membantu Maya juga Masumi untuk makan dan meminum obat
mereka. Mizuki sedikit kerepotan saat Maya hampir memuntahkan kembali
makanannya usai menelan butiran obat pahit. Masumi bahkan langsung memaksakan
diri turun dari tempat tidur dan menghampiri istrinya.
"Aku
baik-baik saja Masumi, kembalilah ke tempat tidurmu," kata Maya setelah
menyeka mulut dengan sapu tangan. Rasa mualnya mereda begitu Mizuki memberinya
segelas air.
"Kau
yakin? Aku akan panggil dokter Hayate untuk memeriksamu," Masumi yang
duduk di tepi tempat tidur Maya terlihat begitu khawatir.
"Tidak,
tidak, aku baru saja diperiksa. Dan bukankah dokter sudah mengatakan bahwa
mualku hanyalah efek dari rasa pusing akibat luka ini," kata Maya seraya
menunjuk pelipisnya yang terbalut kain kassa.
"Tuan,
sebaiknya Anda kembali ke tempat tidur," kali ini Hijiri yang
memperingatkan karena melihat wajah Masumi yang tampak pucat.
Masumi
hanya menghela napas panjang lalu kembali berbaring di tempat tidurnya. Sungguh
dia merutuki keadaannya yang sedang lemah. Ingin sekali dia terus berada di
samping Maya dan merawatnya. Memang terdengar posesif sekali tapi itulah yang
Masumi rasakan sekarang. Jika dirinya saja merasa begitu lemah dan pusing,
Masumi tidak membayangkan bagaimana dengan tubuh kecil Maya. Dia yakin istrinya
itu lebih sakit darinya, buktinya Maya tidak tahan duduk terlalu lama dan
kembali berbaring dengan dibantu Mizuki. Baru beberapa menit berbaring, Maya
kembali tertidur di bawah pengaruh obat.
"Naikkan
selimutnya Mizuki, jangan sampai Maya kedinginan," perintah Masumi yang
masih setia mengamati Maya dari tempat tidurnya. Dia tengah duduk bersandar
pada tumpukan bantal. Sepertinya efek obat bekerja lebih lambat pada Masumi.
"Baik
Tuan," Mizuki melakukan apa yang diperintahkan Masumi dengan patuh. Dia
tahu bagaimana overprotektifnya seorang Masumi pada Maya dan tidak berniat
mendebatnya.
Melihat istrinya sudah tidur dengan nyaman, Masumi meminta Mizuki dan Hijiri duduk di sebelah tempat tidurnya.
Melihat istrinya sudah tidur dengan nyaman, Masumi meminta Mizuki dan Hijiri duduk di sebelah tempat tidurnya.
"Ceritakan
padaku semuanya," perintah Masumi.
Sesaat
Hijiri dan Mizuki bertukar pandang tapi kemudian mengangguk bersamaan.
“Saya
sudah menangkap dua orang suruhan keluarga Takamiya yang awalnya ingin
menyabotase jaringan keamanan kondo. Sayangnya saya belum berhasil menangkap
orang yang menabrak mobil Tuan. Tapi Masato sudah mulai menyelidikinya. Midori
juga sudah mulai mengumpulkan data dari mata-mata kita di grup Takatsu,” Hijiri
memulai penjelasannya.
“Hasil
pertemuan dengan Tuan Besar Tanaka sangat memuaskan. Beliau menerima tawaran
kita dan pengalihan saham akan dimulai minggu depan. Sampai semua itu
terlaksana informasi ini masih dirahasiakan. Meski begitu Paman Asa dan Tuan
Besar Hayami curiga kalau Tuan Besar Takamiya sudah mencium rencana kita karena
ternyata masih ada mata-mata Takatsu di Daito,” Mizuki melanjutkan laporan
Hijiri.
Kerutan
dalam di kening Masumi menandakan bahwa dia sedang berpikir keras. Beberapa hal
berjalan sesuai dengan rencananya tapi beberapa poin melenceng dari prediksinya,
termasuk keadaannya saat ini. Melihat tabiat Tuan Besar Takamiya yang keras dan
sangat protektif terhadap Shiori, Masumi yakin kalau semuanya tidak akan
berjalan dengan mudah.
Masumi
sadar kalau dirinya telah menciptakan perang besar. Dia bukan hanya melukai
hati Shiori tapi juga martabat dan harga diri keluarga Takamiya. Sekarang Daito
juga melibatkan Grup Tanaka untuk bisa mengalahkan Grup Takatsu dan Masumi
sudah bisa membayangkan bagaimana keadaan ekonomi jepang nanti jika tiga grup
besar ini berperang secara terang-terangan. Ironisnya semua masalah ini hanya
dipicu oleh satu masalah, cinta. Ya, meski Grup Tanaka dan Grup Takatsu memang
sudah perang dingin sejak belasan tahun yang lalu dan Grup Tanaka bersedia
membantu Daito dengan alasan balas dendam.
“Kapan
pertemuan selanjutnya dengan Tuan Besar Tanaka?” tanya Masumi kemudian.
“Rencananya
tiga hari lagi dan Tuan Besar Hayami yang akan menemuinya sendiri,” jawab
Mizuki.
“Ayah?”
Masumi terkejut. Lagi-lagi ini di luar rencananya.
“Benar
Tuan, Tuan Besar bersikeras untuk turun tangan sendiri,” terang Hijiri.
“Tapi
bagaimana bisa? Bukankah rencananya Ayah sama sekali tidak dilibatkan? Ayah
harus tetap berada di belakang layar sampai aku dan Maya bisa pergi,” Masumi
tampak tidak suka dengan perubahan rencana yang tiba-tiba itu.
“Masalah
itu-,” Mizuki kemudian menoleh pada Hijiri.
“Tuan
Besar akan menjelaskan semuanya nanti. Hanya itu yang bisa saya katakan,”
terang Hijiri.
Masumi
menatap lurus ke dalam mata Hijiri seolah berusaha menyelami isi kepalanya.
“Jangan katakan padaku kalau Ayah juga mau pergi bersamaku?”
Hijiri
bergeming di bawah tatapan tajam Masumi.
“Hijiri!”
desak Masumi.
“Maaf
Tuan, sampai Anda tenang, Tuan Besar melarang saya mengatakannya,” terang
Hijiri.
Masumi
mengumpat lirih tapi kemudian tersentak saat mendengar suara Maya yang
memanggilnya.
“Maya?”
Tidak
hanya Masumi, Hijiri juga Mizuki bahkan langsung berdiri dari duduknya begitu
melihat Maya menangis ditempat tidurnya.
“Katakan
padaku ada apa sebenarnya? Kemana kita akan pergi, Masumi?” tanya Maya di
tengah isaknya.
Belum
sempat Masumi menjawab, pintu kamarnya terbuka. Eisuke datang bersama Asa dan
yang lebih mengejutkan adalah siapa yang datang bersama mereka. Tuan Besar
Takamiya tampak berjalan berdampingan dengan Shiori yang membawa buket bunga
mawar ungu dalam dekapannya. Masumi mengeratkan tangan dengan geram, meremas
selimut di atas pangkuannya. Meski wajahnya terlihat tenang namun dalam hati dia
mengumpat keras atas situasi yang harus dihadapinya.
***
>>Bersambung<<
21 Comments
Hehee...maaf ternyata ga bisa panjang juga chapter ini.
ReplyDeleteApa yang sebenarnya terjadi? Rencana apa yang sebenarnya dibuat oleh Masumi dan ayahnya? Untuk apa ratu lobak datang bersama kakeknya? Nantikan di chapter selanjutnya, wkwkwkwkkw....apadah
Happy reading ajalah...jangan lupa komennya ya
Arigatoooo
Hahahahah namanya dh ganti lg jd ratu lobak
ReplyDeleteIya rencana apa seh bikin penasaran
Ga sabar nunggu klimaks nya
Mksh ya mba agnes
Ratu lobak ya??? Hahaha... Pas.. Pas banget... 😆😆
ReplyDeleteWaaaa...chapter 13 sdh muncul tp msh hitam dan blm bs di klik...hiks..eniwe saluuut buat sis agnes yg bs meluangkan waktu buat menyenangkan penggemar maya masumi diantara kesibukannya hehehe,makasih sis..
ReplyDeleteWuihhhh chapter ini padat euy. Penuh teka teki dgn 1 venue: rumah sakit! Thank youuuuu..
ReplyDeleteWell done, darling! Keep up your good work 👍👍
Lagi hobi bikin penasaran, hahahaha...thanks say
DeleteLagi hobi bikin penasaran, hahahaha...thanks say
DeleteLanjuttttt... ditunggu chap berikutnya segera ya mbak Agnes 😁😁😁
ReplyDeleteLanjuttttt... ditunggu chap berikutnya segera ya mbak Agnes 😁😁😁
ReplyDeleteBersambung adlh kata yg bikin ngeri n galau macem anak sma yg abis nembak gebetannya tp blom dijawab,hahaha
ReplyDeleteHaduh, itu si nenek sihir ngapain dataaaang
ReplyDeleteHaah mau ngapain mereka brdua datang ya... hmmm kak agnes the best banget motongnya pas lg seru2 nya dn pinter bikin penasaran niih.. mudah2an minggu dpn next chapter khe.khe khe.. pokok nya untuk kak agnes tetep semangat apdet ya...
ReplyDeleteJadi perang niih, hayami vs takamiya ��
ReplyDeleteHaduh... konflik mulai berat... MM pasti bisa meĺalui segala macam badai... makasih dah apdet.. lanjut say ��
ReplyDeleteJust finish reading it
ReplyDeleteTwo tumbs up for you
Secara alur cerita aku serahkan pada ahlinya (sensei Agnes :D)
Saya komentar as an editor aja ya
1. Penulisan kata asing sebaiknya ditulis dengan huruf miring (emergency room)
2. Jepang sebagai nama negara diawali dengan huruf besar ya say ;) (I think this is just typo)
Itu aja komentar saya
Ditunggu chapter 13 nya ya
Jangan lama-lama ;)
Hahahaaa....oke sensei...itu emang penykitku, tahu tapi g mau ngerjain. nanti ku edit untuk benerinnya...berarti ff ku eksklusif krn punya editor pribadi ya.thanks cee...muahhhh
DeleteKonflik berat, penuh teka teki, penasaran? Hehee...authornya lagi iseng. Makasih buat yang uda baca n tinggalin komen buatku. Semoga next chap tetep suka n endingnya memuaskan buat semua ☺
ReplyDeleteIseng na menyeramkan... Mana lagi jarang update pula... 😭😭😭.
ReplyDeleteJangan pake lama donk say... 😢😢😢
hahaaa...maaf kalo ga bisa cepet apdet kayak dulu ya say...maklumlah banyak yang diurus. tapi minimal satu bulan sekali aku usahakan apdet kok. makasih udah tetep mampir baca ya :D
DeleteNo worries dear... Yg penting jgn putus. Ganbatee
DeleteBtw, klo untuk segi cerita... No other comments than 10 thumb up... Lol. (Pinjem jempol seisi rumah) 😂😂😂
ReplyDelete