Disclaimer Harry Potter by JK Rowling
Fanfiction by Agnes Kristi
Fanfiction by Agnes Kristi
Daddy Sev, I miss u
14 Januari 2016 - 14 Januari 2018
14 Januari 2016 - 14 Januari 2018
*********************************************************************************************
Seorang anak kecil berambut hitam berantakan tampak berlari dengan riang mengitari meja dan kursi besar di ruang keluarga. Sementara itu tak jauh darinya, sang ayah tengah duduk tenang di sofa sembari membaca koran dan menikmati kopinya.
"Sev, Honey, tolong awasi Harry," seruan bernada perintah itu terdengar dari dapur. Severus, pria yang di panggil hanya bergumam mendengarnya.
"Sev? Kau masih di situ?" seru suara itu lagi.
"Ya, Mione. Aku mendengarmu," jawabnya kemudian. Severus mengamati putra kecilnya yang masih saja berlari tanpa lelah bersama kucing milik istrinya. Harry, yang masih berusia enam tahun memang sangat aktif. Dia yakin gen itu di turunkan oleh sang istri pada anaknya, karena seingatnya, dirinya waktu kecil tidaklah bergerak selincah itu.
"Daddy, bolaku hilang," cicit suara kecil Harry. Bocah itu sudah berdiri di depan ayahnya dengan kepala tertunduk.
Severus melipat koran paginya lalu memberikan atensi penuh pada putra tunggalnya. "Come here, son," katanya seraya menepuk tempat kosong di sebelahnya.
Harry kecil menurut lalu menaiki kursi besar itu dan duduk di samping ayahnya. Dia lalu mengangkat wajah dan menatap sang ayah dengan mata bulat hitamnya.
"Dad, bolaku hilang," ulangnya kemudian.
Severus menarik sudut bibirnya hingga menyerupai senyum. Tingkah putra kecilnya ini memang selalu menghiburnya. "Di mana bolamu hilang?"
Harry menunjuk ke lemari besar di sudut ruangan. Crookshanks, kucing Hermione, tampak sibuk mengais-ais kolong lemari. Severus tahu bola Harry masuk ke sana dan putra kecilnya tidak bisa meraihnya.
"Itu tidak hilang, Son. Kau hanya tidak bisa mengambilnya," kata Severus kemudian.
Harry mengangguk dengan wajah sedih. "Tanganku pendek," ucapnya seraya menatap kedua tangan mungilnya, seolah berharap tangan itu memanjang agar bisa meraih bolanya.
Pemandangan itu membuat Severus terkekeh pelan. Sungguh ekspresi putranya itu sangat lucu saat menatap kedua tangannya. Bahkan seorang Severus yang terkenal sebagai Ahli Ramuan paling dingin se-Britania Raya pun tidak bisa menahan diri untuk tertawa melihat keimutan tingkah Harry.
"Daddy?" Harry menatap heran sang ayah yang justru tertawa melihat kesedihannnya. Mata bocah itu bahkan sudah memerah.
"Hm?" Severus balas menatap sang putra seraya menahan gelinya.
"Tolong ambil bolaku," pintanya dengan tatapan memelas.
Senyum tipis terulas di wajah pria itu. Dia pun meraih tongkat sihir dari dalam saku jubahnya. "Kenapa kau tidak mengambilnya sendiri?" kata Severus seraya mengulurkan tongkat itu pada putranya.
Seketika mata Harry berbinar terang. Dia seolah lupa akan kesedihannya kehilangan bola dan dengan semangat menerima tongkat ayahnya.
"Seperti ini caranya," kata Severus sembari menggenggam tangan Harry yang membawa tongkat. Dia mengayunkan tongkat lalu mengucap sebuah mantra. "Accio bola Harry."
"Ah!" Harry memandang takjub pada bola biru yang kini melayang ke arahnya dan Crookshanks dengan semangat melompat di bawahnya, mengejar bola itu.
"Nah, bolamu sudah kembali." Severus mengusap lembut kepala putranya. Harry mengangguk senang lalu memeluk sang ayah sambil mengucapkan terima kasih.
Bocah enam tahun itu melompat turun dari kursi dengan membawa bola di tangan kirinya dan tongkat sang ayah di tangan kanannya. Severus sendiri lupa meminta tongkatnya karena kemunculan Hermione mengalihkan perhatiannya.
"Kalian sedang apa?" Hermione datang membawa nampan berisi cake labu kesukaan Harry dan secangkir teh untuknya.
"Harry sedang senang dengan bola barunya," jawab Severus.
Hermione tersenyum. Dia sengaja membelikan bola itu kemarin agar putranya tidak bosan saat di rumah sendiri dengan peri rumah. Pada hari kerja, dirinya dan Severus memang sibuk dengan profesi mereka sebagai ahli ramuan. Keduanya mendirikan toko ramuan besar di Diagon Alley dan mempekerjakan beberapa ahli ramuan muda untuk membantu.
"Mommy, aku bisa menggunakan mantra untuk memanggil bola," seru Harry yang tiba-tiba sudah berdiri di depan ibunya.
"Benarkah? Siapa yang mengajarimu, Little Son?" tanya Hermione sembari mengusak surai gelap putranya.
"Daddy!" serunya lagi lalu mengacung-acungkan tongkat ke udara.
"Hei, hati-hati. Kau tidak boleh merusaknya, oke?" Hermione memperingatkan putranya yang kadang memang terlalu aktif itu.
"No," jawab Harry mantap lalu memeluk tongkat hitam itu protektif. Bocah itu kembali berlari ke arah dapur di mana Crookshanks menggiring bolanya.
"Kau percaya sekali membiarkan Harry bermain dengan tongkatmu?" Hermione memiringkan kepala demi menatap sang suami yang tengah menikmati kopinya dengan nikmat.
"Hm?" Severus menaikkan alisnya.
"Harry," kata Hermione lagi. "Dia bisa mematahkan tongkatmu."
"Ollivander masih menjual banyak tongkat, Honey," jawab Severus tak peduli. Yang tidak Hermione tahu, itu bukanlah tongkat sihirnya. Hanya mirip. Tongkat itu milik mendiang ibunya yang lama tersimpan di lemari ruang baca. Severus sengaja mengambilnya pagi tadi untuk mencobanya. Tak sebagus miliknya tapi tongkat itu cukup patuh padanya.
"Bagaimana kalau Harry bermain mantra?" tanya Hermione lalu meneguk teh cammomile favoritnya.
"Apa dia sepintar itu? Aku baru mengajarinya sekali." Severus menatap istrinya ragu.
Hermione justru mendengus pelan. "Dia putraku, harusnya kau ingat itu."
Severus menyeringai tipis lalu meletakkan cangkir kopi di meja. "Apa aku harus bersyukur karena memiliki istri genius sepertimu, hm?" Pria itu mendekatkan wajahnya dan mencuri sebuah kecupan di bibir.
"Tentu saja." Hermione balas menyeringai. Predikat wanita genius yang melekat padanya memang tak terbantahkan.
"Har-,"
Prangg! Suara keras itu membuat Severus dan Hermione tersentak. Keduanya langsung berlari ke arah sumber suara, dapur.
"Harry!" seru Hermione panik dan wajah Severus juga menunjukkan kepanikan yang sama.
Namun keduanya justru terpaku begitu sampai di dapur. Putra yang mereka khawatirkan kini tengah asik duduk di lantai sembari menikmati cookies coklat dari dalam toples yang pecah. Bahkan Crookshanks juga tak kalah semangat mengais remahan cookies di lantai.
"Aku memanggil cookies dengan tongkat Daddy tapi toplesnya berat jadi jatuh lalu pecah," jelas Harry bangga sembari mengacungkan tongkat dan menikmati cookies dengan tangan kirinya.
Hermione justru terkekeh alih-alih marah, sementara Severus memandang tak percaya.
"Nah, dia putraku, ingat itu," kata Hermione di tengah kekehannya pada sang suami.
"Hm, dia juga putraku," jawab Severus tak mau kalah. Dia juga bangga dengan kegeniusan Harry. Hei, dia bahkan tidak serius mengajari putranya tadi dan anak itu langsung berhasil memanggil toples kue dari rak atas kitchen setnya.
"Mom, Dad, apa mantra untuk memperbanyak cookies ini?" tanya Harry polos dan Sev-Mione tergelak di buatnya.
-End-
-Agnes Kristi-
-Agnes Kristi-
Love is never ending story.
Special for Allan Rickman, My Daddy Severus Snape.
Love you, Always
Special for Allan Rickman, My Daddy Severus Snape.
Love you, Always
0 Comments