Disclaimer Garasu No Kamen by Suzue Miuchi
Fanfiction by Agnes Kristi
Summary : Menjadi istri seorang Direktur tampan memang bukan hal yang mudah. Tetapi Maya selalu punya cara untuk menunjukkan eksistensinya. Apa rencana Maya kali ini?
Agnes Kristi
Batam, 11 Januari 2018
Cerita manis untuk obat sakit hati.
Fanfiction by Agnes Kristi
Summary : Menjadi istri seorang Direktur tampan memang bukan hal yang mudah. Tetapi Maya selalu punya cara untuk menunjukkan eksistensinya. Apa rencana Maya kali ini?
*********************************************************************************
Maya duduk di ruang
tunggu kantor direktur sambil membaca majalah. Wanita itu tampak menikmati
kegiatannya tanpa merasa bosan meski sudah menunggu selama dua jam. Di
sebelahnya tergeletak lima majalah lain yang sudah selesai di baca -atau
sekedar di lihat gambarnya-. Di atas meja juga sudah terbuka berbagai macam
bungkus camilan dan dua kotak susu yang sudah kosong. Sampai suara getar
handphone yang menyala dengan mode silent mengalihkan perhatiannya. Sebuah
pesan masuk.
-Masumiku-
Aku baru saja selesai meeting. Apa aku bisa menjemputmu sekarang? Kita pergi makan malam di luar.
Aku baru saja selesai meeting. Apa aku bisa menjemputmu sekarang? Kita pergi makan malam di luar.
Maya tersenyum membaca
pesan Masumi. Jari mungilnya bergerak lincah mengetik pesan balasan.
-Maya-
Tidak perlu repot menjemputku. Aku sudah ada di kantormu.
Maya melebarkan
senyumnya saat membayangkan reaksi Masumi yang membaca pesannya. Benar saja,
diseberang sana ekspresi wajah Masumi langsung mengeras. Bagaimana bisa Maya
ada di kantor tapi tidak satu orang pun memberi tahunya.
Masumi bergeges
meninggalkan ruang meeting hingga membuat para stafnya terkejut, tak terkecuali
Mizuki. Sekretaris cantik itu terlihat susah payah mengimbangi langkah lebar
atasannya.
"Tuan, ada
apa?" tanya Mizuki di sela helaan napas panjangnya begitu mereka berhenti
di depan lift. Masumi berdecak kesal dan menekan tombol tiga kali karena merasa
lift terlalu lamban. "Tuan?" Mizuki kembali bertanya karena melihat
tingkah aneh sang atasan.
Masumi menoleh dan
menyipitkan mata pada Mizuki. "Maya menunggu di ruanganku dan tidak ada
yang memberitahuku?"
Ah, itu menjawab
semuanya, batin Mizuki menggerutu panjang. Memang siapa lagi yang bisa membuat
seorang Masumi lepas kendali kalau bukan istri mungil tersayangnya, Maya
Hayami.
"Maaf Tuan, saya
tidak tahu kalau Nyonya datang," kata Mizuki kemudian.
"Hm," gumam
Masumi menahan kesal. Suara ping keras terdengar dari pintu lift yang terbuka.
Dengan langkah besar dia masuk di ikuti Mizuki dan menekan tombol angka 25.
Beberapa staf
mengangguk hormat saat berpapasan dengan Masumi yang baru saja keluar dari
lift. Pria itu terlihat tergesa menuju ruangannya hingga Mizuki menyerah untuk
mengejar dan memilih memperlambat langkahnya.
"Maya,"
panggilnya dari ambang pintu begitu melihat istrinya duduk di ruang tunggu.
Keningnya berkerut menatap bungkus makanan kosong dan susu kotak yang berserak
di meja. Sudah berapa lama istrinya itu menunggu? Batinnya bertanya.
Maya tersenyum seraya
menepuk tempat kosong di sebelahnya.
"Sudah berapa lama
kau menungguku?" tanya Masumi dengan tatapan cemas begitu duduk di sebelah
istrinya. Dia meraih tangan Maya lalu mengusapnya lembut.
"Hm, dua jam,
mungkin," jawab Maya seraya mengendikkan bahu. "Oh, hai Nona
Mizuki." Maya mengabaikan kekhawatiran suaminya dan justru menyapa Mizuki
dengan senyum lebar saat sekretaris suaminya itu masuk.
Mizuki langsung
membalas salam sembari membungkuk hormat. Dia pun segera pergi saat Masumi
menatapnya tajam dengan maksud pergi-dan-tinggalkan-kami.
Masumi menghela napas
lalu kembali fokus pada sang istri. "Kau menungguku selama dua jam? Kenapa
tidak bilang? Kau pasti lelah, hm?" Tangannya terulur dan membelai lembut
perut Maya yang bulat. Ya, istrinya tengah mengandung 8 bulan dan Masumi tak
pernah berhenti untuk khawatir pada calon ibu itu.
Wanita itu menggeleng
lalu sedikit bergeser untuk memperbaiki posisi duduknya yang mulai terasa
pegal. Masumi pun dengan lembut memegang lengan Maya.
"Ayo kita
pulang," kata Masumi yang justru membuat alis Maya bertaut bingung.
"Pulang? bukankah
kau bilang akan mengajakku makan malam di luar?" tanya Maya.
"Kau tidak lelah
setelah menungguku dua jam?" Masumi justru kembali bertanya.
Maya terkekeh pelan.
"Aku tidak lelah, hanya kesepian. Awalnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan
di taman kota, sayangnya aku tidak tahu kau ada meeting."
"Kau tidak
memberitahuku kalau akan datang," kata Masumi.
"Dan membuatmu
membatalkan meeting, menelantarkan pekerjaanmu?" Maya menggeleng dengan
ucapannya sendiri. "Aku tidak keberatan menunggumu selesai kerja."
"Aku yang tidak
suka melihatmu menungguku," gerutu Masumi posesif.
"Jangan
berlebihan. Apa sekarang pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Nyonya Hayami
itu.
"Tentu saja. Apa
yang kau mau, hm?"
"Aku lapar."
Maya tersenyum lebar saat Masumi kembali menatap bungkus makanan kosong di atas
meja. "Ayo kita pergi makan dan temani aku jalan-jalan ke taman
kota." Maya berusaha berdiri dengan bantuan Masumi.
"Kau yakin ingin
ke taman kota?" Masumi tampak ragu melihat istri mungil dan perut
bulatnya. Tapi Maya justru mengangguk mantap.
"Kau pasti akan
menggendongku kalau aku tak sanggup jalan, benar kan?" jawabnya dengan
senyum jahil, menuai tawa suami tampannya.
"Kenapa harus ke
taman kota kalau kau hanya ingin kugendong?" kekeh Masumi yang merasa geli
dengan permintaan istrinya.
"Hm, apa ya?"
Maya tampak pura-pura berpikir. "Biar semua orang tahu kalau kau
mencintaiku dan kau adalah milikku."
"Begitu?
Baiklah." Dan dengan satu ayunan lembut, Maya sudah berada dalam rengkuhan
ke dua lengan Masumi. Wanita itu terkekeh senang seraya mengalungkan kedua
lengannya ke leher sang suami.
"Nah sekarang
katakan," kata Masumi sembari melangkah keluar dari kantornya dan
mengabaikan wajah merah para staf yang melihat fan service gratis dari Direktur
tampannya.
"Apa?" Maya
bergumam lalu menyandarkan kepala lebih nyaman ke dada Masumi.
"Siapa lagi yang
membuatmu cemburu sampai kau ingin di gendong di taman kota, hm?" Masumi
sudah hapal tabiat istrinya yang unik ini.
"Ah, itu,"
Maya terkekeh pelan dan kembali diam ketika mereka memasuki lift. Seorang staf
dengan baik hati menekan tombol untuk mereka. Sungguh keduanya tidak menganggap
keberadaan semua orang dan menikmati momen yang indah itu.
"Siapa?"
tanya Masumi penasaran.
Bukan hal aneh kalau
banyak wanita di luar sana membuat Maya cemburu. Para lalat pengganggu itu
terlalu besar kepala dan menganggap diri mereka lebih pantas bersanding dengan
Masumi. Untungnya istri mungilnya itu selalu punya cara untuk mengalahkan
mereka. Ya, meski harus Masumi akui caranya kadang terlalu ekstrem.
Seperti sekarang, Maya
ingin Masumi menggendongnya di taman kota. Dengan bantuan paparazi yang selalu
menguntitnya dan Maya, tentu besok pagi foto penuh kemesraan itu akan beredar
sebagai berita utama. Sungguh balas dendam yang indah.
"Siapa Maya?"
desak Masumi lagi saat sang istri tampak enggan menyebut sebuah nama.
"Nona
Takamiya." Maya kembali terkekeh saat suaminya justru menghela napas
panjang. Nona Muda Takamiya itu memang tak pernah berhenti untuk mengejarnya.
Padahal sudah sangat jelas kalau Masumi sangat mencintai istrinya.
"Jadi, kau tidak
keberatan dengan ideku?" tanya Maya seraya mengangkat wajah untuk menatap
manik kelam Masumi.
Sedikit menundukkan
kepala, Masumi memberikan kecupan singkat di bibir sang istri. "Ayo kita
lakukan," jawabnya dengan senyum lebar.
-End-
Agnes Kristi
Batam, 11 Januari 2018
Cerita manis untuk obat sakit hati.
Follow me on
Facebook Agnes FFTK
Wattpad @agneskristina
3 Comments
I like it. Lovely
ReplyDeleteMengobati kerinduanku akan komik topeng kaca bidadari merah yg tidak tau kapan rilisnya....
ReplyDeletebikin lanjutannya pliiiissss...
ReplyDelete