Pembalasan Yang Indah

Disclaimer Garasu No Kamen by Suzue Miuchi
Fanfiction by Agnes Kristi

Summary : Menjadi istri seorang Direktur tampan memang bukan hal yang mudah. Tetapi Maya selalu punya cara untuk menunjukkan eksistensinya. Apa rencana Maya kali ini?

*********************************************************************************



Maya duduk di ruang tunggu kantor direktur sambil membaca majalah. Wanita itu tampak menikmati kegiatannya tanpa merasa bosan meski sudah menunggu selama dua jam. Di sebelahnya tergeletak lima majalah lain yang sudah selesai di baca -atau sekedar di lihat gambarnya-. Di atas meja juga sudah terbuka berbagai macam bungkus camilan dan dua kotak susu yang sudah kosong. Sampai suara getar handphone yang menyala dengan mode silent mengalihkan perhatiannya. Sebuah pesan masuk.

-Masumiku-
Aku baru saja selesai meeting. Apa aku bisa menjemputmu sekarang? Kita pergi makan malam di luar.

Maya tersenyum membaca pesan Masumi. Jari mungilnya bergerak lincah mengetik pesan balasan.

-Maya-
Tidak perlu repot menjemputku. Aku sudah ada di kantormu.

Maya melebarkan senyumnya saat membayangkan reaksi Masumi yang membaca pesannya. Benar saja, diseberang sana ekspresi wajah Masumi langsung mengeras. Bagaimana bisa Maya ada di kantor tapi tidak satu orang pun memberi tahunya.

Masumi bergeges meninggalkan ruang meeting hingga membuat para stafnya terkejut, tak terkecuali Mizuki. Sekretaris cantik itu terlihat susah payah mengimbangi langkah lebar atasannya.

"Tuan, ada apa?" tanya Mizuki di sela helaan napas panjangnya begitu mereka berhenti di depan lift. Masumi berdecak kesal dan menekan tombol tiga kali karena merasa lift terlalu lamban. "Tuan?" Mizuki kembali bertanya karena melihat tingkah aneh sang atasan.

Masumi menoleh dan menyipitkan mata pada Mizuki. "Maya menunggu di ruanganku dan tidak ada yang memberitahuku?"

Ah, itu menjawab semuanya, batin Mizuki menggerutu panjang. Memang siapa lagi yang bisa membuat seorang Masumi lepas kendali kalau bukan istri mungil tersayangnya, Maya Hayami.

"Maaf Tuan, saya tidak tahu kalau Nyonya datang," kata Mizuki kemudian.

"Hm," gumam Masumi menahan kesal. Suara ping keras terdengar dari pintu lift yang terbuka. Dengan langkah besar dia masuk di ikuti Mizuki dan menekan tombol angka 25.

Beberapa staf mengangguk hormat saat berpapasan dengan Masumi yang baru saja keluar dari lift. Pria itu terlihat tergesa menuju ruangannya hingga Mizuki menyerah untuk mengejar dan memilih memperlambat langkahnya.

"Maya," panggilnya dari ambang pintu begitu melihat istrinya duduk di ruang tunggu. Keningnya berkerut menatap bungkus makanan kosong dan susu kotak yang berserak di meja. Sudah berapa lama istrinya itu menunggu? Batinnya bertanya.

Maya tersenyum seraya menepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Sudah berapa lama kau menungguku?" tanya Masumi dengan tatapan cemas begitu duduk di sebelah istrinya. Dia meraih tangan Maya lalu mengusapnya lembut.

"Hm, dua jam, mungkin," jawab Maya seraya mengendikkan bahu. "Oh, hai Nona Mizuki." Maya mengabaikan kekhawatiran suaminya dan justru menyapa Mizuki dengan senyum lebar saat sekretaris suaminya itu masuk.

Mizuki langsung membalas salam sembari membungkuk hormat. Dia pun segera pergi saat Masumi menatapnya tajam dengan maksud pergi-dan-tinggalkan-kami.

Masumi menghela napas lalu kembali fokus pada sang istri. "Kau menungguku selama dua jam? Kenapa tidak bilang? Kau pasti lelah, hm?" Tangannya terulur dan membelai lembut perut Maya yang bulat. Ya, istrinya tengah mengandung 8 bulan dan Masumi tak pernah berhenti untuk khawatir pada calon ibu itu.

Wanita itu menggeleng lalu sedikit bergeser untuk memperbaiki posisi duduknya yang mulai terasa pegal. Masumi pun dengan lembut memegang lengan Maya.

"Ayo kita pulang," kata Masumi yang justru membuat alis Maya bertaut bingung.

"Pulang? bukankah kau bilang akan mengajakku makan malam di luar?" tanya Maya.

"Kau tidak lelah setelah menungguku dua jam?" Masumi justru kembali bertanya.

Maya terkekeh pelan. "Aku tidak lelah, hanya kesepian. Awalnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan di taman kota, sayangnya aku tidak tahu kau ada meeting."

"Kau tidak memberitahuku kalau akan datang," kata Masumi.

"Dan membuatmu membatalkan meeting, menelantarkan pekerjaanmu?" Maya menggeleng dengan ucapannya sendiri. "Aku tidak keberatan menunggumu selesai kerja."

"Aku yang tidak suka melihatmu menungguku," gerutu Masumi posesif.

"Jangan berlebihan. Apa sekarang pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Nyonya Hayami itu.

"Tentu saja. Apa yang kau mau, hm?"

"Aku lapar." Maya tersenyum lebar saat Masumi kembali menatap bungkus makanan kosong di atas meja. "Ayo kita pergi makan dan temani aku jalan-jalan ke taman kota." Maya berusaha berdiri dengan bantuan Masumi.

"Kau yakin ingin ke taman kota?" Masumi tampak ragu melihat istri mungil dan perut bulatnya. Tapi Maya justru mengangguk mantap.

"Kau pasti akan menggendongku kalau aku tak sanggup jalan, benar kan?" jawabnya dengan senyum jahil, menuai tawa suami tampannya.

"Kenapa harus ke taman kota kalau kau hanya ingin kugendong?" kekeh Masumi yang merasa geli dengan permintaan istrinya.

"Hm, apa ya?" Maya tampak pura-pura berpikir. "Biar semua orang tahu kalau kau mencintaiku dan kau adalah milikku."

"Begitu? Baiklah." Dan dengan satu ayunan lembut, Maya sudah berada dalam rengkuhan ke dua lengan Masumi. Wanita itu terkekeh senang seraya mengalungkan kedua lengannya ke leher sang suami.

"Nah sekarang katakan," kata Masumi sembari melangkah keluar dari kantornya dan mengabaikan wajah merah para staf yang melihat fan service gratis dari Direktur tampannya.

"Apa?" Maya bergumam lalu menyandarkan kepala lebih nyaman ke dada Masumi.

"Siapa lagi yang membuatmu cemburu sampai kau ingin di gendong di taman kota, hm?" Masumi sudah hapal tabiat istrinya yang unik ini.

"Ah, itu," Maya terkekeh pelan dan kembali diam ketika mereka memasuki lift. Seorang staf dengan baik hati menekan tombol untuk mereka. Sungguh keduanya tidak menganggap keberadaan semua orang dan menikmati momen yang indah itu.

"Siapa?" tanya Masumi penasaran.

Bukan hal aneh kalau banyak wanita di luar sana membuat Maya cemburu. Para lalat pengganggu itu terlalu besar kepala dan menganggap diri mereka lebih pantas bersanding dengan Masumi. Untungnya istri mungilnya itu selalu punya cara untuk mengalahkan mereka. Ya, meski harus Masumi akui caranya kadang terlalu ekstrem.

Seperti sekarang, Maya ingin Masumi menggendongnya di taman kota. Dengan bantuan paparazi yang selalu menguntitnya dan Maya, tentu besok pagi foto penuh kemesraan itu akan beredar sebagai berita utama. Sungguh balas dendam yang indah.

"Siapa Maya?" desak Masumi lagi saat sang istri tampak enggan menyebut sebuah nama.

"Nona Takamiya." Maya kembali terkekeh saat suaminya justru menghela napas panjang. Nona Muda Takamiya itu memang tak pernah berhenti untuk mengejarnya. Padahal sudah sangat jelas kalau Masumi sangat mencintai istrinya.

"Jadi, kau tidak keberatan dengan ideku?" tanya Maya seraya mengangkat wajah untuk menatap manik kelam Masumi.

Sedikit menundukkan kepala, Masumi memberikan kecupan singkat di bibir sang istri. "Ayo kita lakukan," jawabnya dengan senyum lebar.

-End-

Agnes Kristi
Batam, 11 Januari 2018
Cerita manis untuk obat sakit hati.

Follow me on 
Facebook Agnes FFTK
Wattpad @agneskristina

Post a Comment

3 Comments

  1. Mengobati kerinduanku akan komik topeng kaca bidadari merah yg tidak tau kapan rilisnya....

    ReplyDelete
  2. bikin lanjutannya pliiiissss...

    ReplyDelete