Maya membeku
menatap gundukan tanah basah di depannya. Air matanya sudah berhenti mengalir,
sesuai janjinya, dia tidak akan menangis terlalu lama. Tidak akan bersedih dan
meratap.
Meski begitu
rasa sakit karena kehilangan belahan jiwanya bukanlah luka yang mudah untuk
disembuhkan. Luka dihatinya masih basah dan berdarah, membuat lubang besar
menganga yang entah bagaimana cara menutupnya.
Gemuruh di
langit kelabu tak juga membuat Maya beranjak dari tempatnya berdiri.
Turunlah hujan dan
menangislah bersamaku, gumamnya penuh duka. Hingga akhirnya rintik-rintik hujan pertama
jatuh membasahi bumi, Maya justru mengulas senyum pahit. Membiarkan tubuhnya
kuyup oleh curahan air dari langit yang seolah ikut merasakan kesedihannya.
Maya
mengangkat wajahnya saat merasakan air tak menyentuh kulit dinginnya.
"Koji-,"
gumamnya nyaris tak terdengar, teredam gemuruh di langit dan desau angin keras.
"Relakanlah,
dia sudah tenang di sana," kata Koji seraya mengeratkan genggamannya pada
payung hitam yang menaungi mereka berdua.
Butiran
bening lolos dari sudut mata bulat Maya. Tekadnya untuk berhenti menangis
terkoyak sudah. Sakit. Sakit rasanya mendengar apa yang Koji katakan. Fakta
yang menamparnya untuk segera tersadar dengan kenyataan yang ada di depan
matanya. Padahal dirinya ingin semua ini hanyalah mimpi. Dan saat dia terbangun
nanti, Maya akan mendapati belahan jiwa, suami terkasihnya, Masumi, ada di
sebelahnya. Mendekapnya dalam kehangatan, bukannya meninggalkannya dalam
kesakitan dan kehampaan seperti sekarang.
Maya meraung
dalam kesakitan ketika tak lagi bisa menahan rasa di dalam hatinya. Tubuh
mungilnya bergetar dalam rengkuhan lengan sang sahabat yang setia mendampingi.
"Menangislah
jika itu bisa mengurangi rasa sakitmu tapi berjanjilah, setelah ini kau harus
hidup. Demi dia juga demi calon bayi yang ada di dalam kandunganmu," ucap
Koji.
Hari itu,
tanah basah dan langit kelam menjadi saksi bahwa Maya berduka karena kehilangan
belahan jiwanya.
-end-
-Agnes
Kristi-
AN : Ah,
jangan nangis ya hehheee
2 Comments
Ga suka..
ReplyDeleteMaunya masumiiii
Hearth, lanjut Chapter 5 please mbak..
ReplyDelete