Kau Tahu Apa?

-Short story about Masumi-Maya-





"Sayang, kau belum mengantuk?" Tanya Maya seraya merebahkan dirinya di atas tempat tidur, sementara Masumi, suaminya, tampak serius membaca sebuah buku tebal di atas pangkuannya.
Masumi melayangkan senyum simpul pada istrinya lalu menutup buku tebalnya. Tangannya terulur, mengusap lembut kepala Maya, "Tidak biasanya kau tidur secepat ini? Apa kau lelah?"
Maya menggeleng sambil mendesah pelan, "Justru sebaliknya, aku sangat bosan hari ini karena tidak ada pekerjaan."
"Tidak ada pekerjaan? Bukankah biasanya kau yang paling sibuk sayang? Pergi kesana kemari, melakukan banyak hal yang bahkan aku sendiri lelah melihatnya," menghentikan belaiannya, Masumi memindahkan buku di pangkuannya ke atas nakas lalu ikut berbaring di sebelah Maya.
Lagi-lagi Maya menghela napas, menggeser kepalanya dan bersandar pada lengan besar suaminya.
"Hari ini Tuan Kuronuma mendapat ilham baru sehingga berencana merubah lagi naskah drama kami. Karena itu latihan sementara di liburkan sampai naskah yang baru selesai. Tidak ada jadwal syuting, tidak ada jadwal pemotretan atau wawancara, alhasil menejer menyuruhku pulang dan beristirahat," Maya menghela napas lagi, "Di rumah para pelayan memanjakanku sampai aku bosan dan tidak tahu harus menghabiskan waktu dengan cara apa. Beruntung kau bisa pulang lebih cepat tapi-," Maya mengangkat wajahnya dan menyipitkan matanya memandang Masumi, "sepertinya kau lebih tertarik dengan buku daripada menemaniku. Jadi ku pikir sebaiknya aku tidur saja." Maya cemberut di akhir ceritanya.
Sesaat kening Masumi berkerut tapi kemudian dia justru tertawa ketika menyadari maksud Maya sebenarnya.
"Maaf, maaf, aku tidak bermaksud mengabaikanmu sayang." Masumi merengkuh Maya, merapatkan tubuh istrinya ke dadanya seraya mengecup puncak kepala Maya.
Kerutan di bibir Maya terurai tapi Masumi tahu hal itu tidak berlaku dengan kekesalannya.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Menonton drama sambil minum teh? Atau duduk di halaman belakang melihat bintang?" Kata Maya yang mulai mencetuskan idenya untuk melakukan hal menyenangkan selain hanya berbaring di atas tempat tidur. Sungguh seharian bersantai justru membuat seluruh tubuh Maya menjerit, meminta untuk digerakkan.
Masumi terdiam, tampak berpikir, sebuah seringai -bukan senyum- tersungging di sudut bibirnya.
"Aku rasa, aku punya ide mengenai hal menyenangkan yang bisa kita lakukan malam ini. Kau pasti punya banyak tenaga sekarang dan itu membuatku bersemangat,"
Giliran Maya yang mengernyitkan kening, "Apa?" Tanyanya tak sabar.
Sedikit mencondongkan wajahnya, sekali lagi seringai di sudut bibirnya muncul.
"Bagaimana kalau kita bermain 'kau tahu apa'," bisik Masumi yang kemudian membenamkan sebuah kecupan di belakang telinga istrinya, menuai sebuah protes dari bibir mungil Maya.
Sadar Masumi menggodanya, Maya menggeser tubuhnya menjauh, "Kau ini," gerutu Maya lirih dengan wajah merona.
Masumi terkikik, "Kenapa? Jangan bilang kau tidak berminat? Bukankah kau suka kalau tubuhmu bergerak aktif?"
"Aku malas berkeringat dan menjadi lengket. Udara di luar sudah cukup panas tanpa kita melakukan permainan, hmm, 'kau tahu apa'." Maya berkilah.
"Tapi aku suka melihatnya. Semakin banyak kau berkeringat, kau akan semakin terlihat, ehem, seksi." Masumi menekankan kata terakhirnya dengan nada seduktif yang sukses membuat Maya kembali merona.
"Kau ini bicara apa!" Maya memukul lengan Masumi, disambut tawa sang suami.
"Bagaimana? Ayolah, kau tidak lihat perutku sedikit tebal akhir-akhir ini karena kau selalu menyuruhku banyak makan dan kita tidak cukup melakukan 'kau tahu apa'. Lemakku jadi bertumpuk." Kata Masumi sambil membuka piyamanya dan menunjukkan atau lebih tepatnya memamerkan perutnya -yang seksi- pada istrinya.
Maya menelan ludah perlahan begitu matanya menangkap pahatan otot sempurna yang dipamerkan suaminya.
"Bagaimana?" Tanya Masumi lagi, melepas dan melempar begitu saja piyamanya.
Maya menghela napas panjang -entah untuk yang keberapa kali-. Diapun turun dari tempat tidur, berdiri sambil melipat tangannya dan menatap Masumi.
"Apa hukuman bagi yang kalah?" Tanya Maya kemudian.
"Menggendong yang menang," jawab Masumi.
Mata Maya membulat sempurna, "Mana bisa aku menggendongmu!"
"Oke, oke," Masumi tampak berpikir, "Menuruti tiga permintaan pemenang?"
Maya berdecak pelan sambil menggeleng, "Satu permintaan darimu dan tidak ada tawar menawar lagi." Jawab Maya seraya berbaring telungkup di lantai.
Masumi terkekeh lalu ikut berbaring telungkup di sebelah Maya.
"Kali ini aku tidak akan kalah Tuan Hayami," ucap Maya seraya menyangga tubuhnya dengan kedua tangan.
"Oh, kau juga mengatakan hal yang sama di permainan terakhir kita dan akhirnya kau harus cuti satu minggu karenanya," Masumi terkekeh di akhir kalimatnya sementara Maya mengerucutkan bibirnya.
"Jangan membuat hukuman yang aneh Masumi, aku tidak mau," protesnya kemudian.
"Hei, kau bilang kau yang akan menang," Masumi menyeringai seraya mengikuti pose istrinya, menyangga tubuhnya dengan dua tangan dalam posisi telungkup.
"Memang," Maya ikut menyeringai lalu tak lagi fokus pada suaminya, "satu," lanjutnya. Menekuk sikunya, Maya melakukan push-up pertamanya.
"Dua," balas Masumi dan melakukan hal yang sama.
"Tiga," lanjut Maya.
"Empat," kata Masumi.
Keduanya terus menghitung bergantian sambil terus melakukan push up. Hingga akhirnya Masumi mulai menyeringai ketika hitungan sudah mencapai angka tiga puluh enam.
"Ti-ga puluh tu-juh," ucap Maya yang mulai terengah.
"Menyerah?" Tanya Masumi dengan masih santai melakukan push up sementara Maya sudah tampak kepayahan.
"Ti-dak," jawabnya kemudian, "hitung lagi," protes Maya kesal karena merasa diremehkan.
Masumi terkekeh lalu mulai mengambil alih semua hitungan dan keduanya kembali beradu kekuatan.
"Empat puluh dela-,"
"A-ku ka-lah," Maya langsung merebahkan diri di atas lantai dengan napas tersengal, keringat bercucuran di kening dan seluruh tubuhnya.
Masumi tersenyum dan berbaring miring menghadap istrinya yang kelelahan.
"Kau kalah lagi Nyonya," kata Masumi seraya merapikan rambut Maya di wajahnya.
"Sepertinya aku memang tidak akan pernah bisa mengalahkanmu dalam permainan ini," ucap Maya kesal dengan suara lirih.
Masumi terkekeh, "Suatu saat nanti aku akan mengalah sesekali padamu tapi tidak kali ini karena aku sedang ingin kau menuruti permintaanku."
"Huh?" Maya mengerutkan kening lalu berbaring miring dengan tangan menyangga kepalanya, sama seperti apa yang dilakukan Masumi.
"Apa? Kau bilang aku boleh mengajukan satu permintaan," kata Masumi.
"Baiklah, asal itu bukan sesuatu yang mustahil, aku akan penuhi," jawab Maya kemudian.
"Tidak mustahil dan kali ini aku akan membantumu untuk mewujudkan permintaanku."
"Benarkah? Apa itu?"
Lagi-lagi Masumi mengumbar senyum, sesuatu dalam otaknya membuatnya bersemangat.
"Apa?" Desak Maya tak sabar karena sang suami hanya tersenyum sejak tadi.
"Berapa lama kita menikah?" Tanya Masumi.
"Huh?" Maya menautkan alisnya.
"Jawab saja," kata Masumi.
"Enam bulan," jawab Maya singkat. Keduanya masih dalam posisi yang sama sejak tadi. Sungguh dinginnya lantai justru membuat mereka merasa nyaman di tengah udara malam musim panas, "apa permintaanmu sebenarnya?"
Masumi mengulurkan tangannya lalu mengusap lembut perut Maya, "Ayo kita punya anak."
Mata Maya melebar untuk sesaat sebelum akhirnya dia jatuh telentang dan tertawa keras.
"Your wish my command, Sir," memiringkan kepala, Maya memberi hormat lalu mengerlingkan mata pada suaminya.
Dan Masumi segera menarik Maya dalam pelukannya sebelum keduanya kembali tergelak bersamaan.
Semoga Tuhan mendengar doa pasangan suami istri yang tengah berbahagia di malam musim panas itu.

***
-Agnes Kristi-
23 Okt 2016
Cerita iseng setelah kekenyangan makan sayur lodeh tanpa kacang panjang *sstt sisa kemrin ^-^

Post a Comment

5 Comments

  1. What a delightful crunchy short story! Thanks a bunch! 😊
    I'm definitely falling in love with your works. Stay awesome, girl! 🙌

    ReplyDelete
    Replies
    1. i'm glad you like it, thanks for your support dear :D

      Delete
    2. ohh... so sweet banget ceritanya...,jadi kangen dengan maya dan masumi

      Delete
  2. Suka bgt ceritany... Apa mgkn ada pria spt masumi n wanita spt maya di dunia ini rasa ny gak mgkn ada deh... Just wondering... Hehe (mupeng) btw good story. Enough to make me imagine

    ReplyDelete